perjalanan hidup yesica

| Senin, 15 Oktober 2012

PERJALANAN HIDUP YESICA

Tangerang, 22 Juli 1993 lahirlah anak perempuan bernama Yesica Yulian Adicondro. Anak kedua dari pasangan Handy Pangestu Adicondro dan Melania Sumijati. Itulah aku yang biasa dipanggil oleh teman – temanku dengan sebutan Sica, Yesica dan Jesica. Kenapa dipanggil Jesica ? karena orang – orang semua tidak bisa membaca huruf “Y” dengan benar  juga alasan lainya mungkin karena mereka ingin terlihat sok bule. Akan tetapi aku menerima panggilan itu karena panggilan seperti apapun maksudnya tetap memanggil aku. Aku anak kedua dari tiga bersaudara dan semua saudara aku adalah perempuan.
Sewaktu kecil aku tinggal di kota Tangerang tetapi umur 2 tahun aku beserta keluarga pindah di kota kecil yang nyaman bernama Salatiga. Mengapa kami sekeluarga pindah ? alasannya adalah saat tahun 1997 terjadi kerusuhan Tri Sakti dan terjadi krisis moneter, oleh karena itu papa memutuskan untuk pindah ke kota Salatiga untuk menghindari tragedi tersebut. Sesampainya di Salatiga, kami tinggal di rumah Tanteku. Papa dan mama berusaha mencari kontrakan rumah dan pekerjaan. Tak begitu lama kita mendapatkan rumah kontrakan baru jaraknya tidak jauh dari rumah tante pastinya. Waktu itu aku ingat sekali, saat pindah rumah papa mama begitu sangat sibuk sedangkan aku dan kakak ku hanya diam dikursi melihat kedepan mereka. Lucu kalau di ingat – ingat lagi karena saat itu memang tidak bisa melakukan apapun. Tetangga mulai dating ke rumah kami memberikan ucapan, berkenalan, dan menceritakan tentang keadaan kampong yang kami tinggalkan. Satu masalah selesai, rumah kami dapatkan masalah kedua adalah pekerjaan papa yang dulu bekerja di sebuah Perusahaan Swasta sekarang harus bekerja apa di Salatiga. Di dekat kampung kami ternyata ada pasar yang cukup terkenal juga rame pengunjung, pasar itu bernama Pasar Jetis. Dengan modal yang dipinjamkan oleh saudara, papa mulai bekerja di pasar tersebut membuka toko beras, gula, dan berbagai macam kebutuhan seharian dibantu oleh mama. Jarak pasar dan rumah kami bila berjalan kaki cukup dekat maka mama membantu papa. Terkadang aku dan kakak juga main kepasar. Masalah kedua sudah teratasi untuk sementara waktu, muncul masalah ketiga yaitu sekolah kakakku yang mulai masuk TK. Entah kebetulan apa tempat kami strategis disana terdapat sekolah swasta katolik yang bagus. Kakak ku yang bernama Monica Triany Adicondro akhirnya bersekolah di TK Sang Timur. TK katolik milik yayasan Katolik Marsudirini. Masalah untuk tahun pindahan sudah bisa teratasi di dalam keluargaku.
Setahun kemudian aku mulai masuk sekolah pastinya sekolah yang dulu ditempatin kakakku sedangkan kakakku naik ke tingkat lebih tinggi yaitu SD. Sekolah katolik yang dulu ditempatin kakak ternyata punya SD juga jadinya kakak hanya pindah ke SD. Aku duduk di TK kelas nol kecil memakai seragam baru dan berwarna – warni . Seragam yang aku pakai bekas kakakku jadi aku tidak perlu membeli lagi. Hari – hari di TK ku sangat menyenangkan mendapat teman baru, guru baru dan kehidupan baru. Sewaktu awal masuk pertama kali kami murid – murid upacara bersama orang tua dan diberikan ucapan selamat belajar dari Suster . Susster adalah kepala sekolah ku biasanya di sekolah katolik Marsudirini, kepala sekolah selalu di jabat oleh Suster pilihan yang dipilih langsung dari atasan Suster. Terkadang tiap tahun atau dua sampai tiga tahun ada pergantiaan Suster. Balik ke topic sekarang ! awal masuk sekolah aku melihat seorang teman TK ku yang menangis karena tidak mau ditinggal oleh mamanya. Tahukah apa yang terjadi ? besoknya aku melakukan seperti yang dilakukan temanku kemarin. Bodoh ya ? tapi itu adalah salah satu ke konyolan ku waktu TK, hobi meniru. Kalau ada teman meminta tali sepatu untuk diikat oleh guru nantinya aku akan berbuat seperti itu. Ada salah satu kejadian yang sampai sekarang tidak terlupakan ialah melihat secara langsung dengan kedua mataku bahwa kakak kelas laki – laki ku atau anak TK kelas nol besar kepalanya terkena ayunan. Darah yang keluar sangat banyak bahkan seragam putih yang ia pakai berubah warna menjadi merah. Dengan tangisan yang begitu keras semua mata tertuju padanya dan tercengang. Suster pun sampai panik sekali melihat kejadian tersebut sedangkan guru – guru lainnya fokus mengumpulakan anak didiknya untuk masuk ke kelas. Selain hal yang mengerikan tadi ada hal yang sangat menyenangkan juga yaitu Suster Kepalaku waktu itu sangat baik. Setiap aku mengucapkan selamat pagi selalu mendapat permen atau setiap aku mengeluh sesuatu Beliau pasti membantuku. Aku sayang dengan Suster itu, tidak terlupakan untuk selama – lamanya.
Masuk kenaikan kelas ke Tk nol besar, aku mempunyai musuh di TK. Seorang perempuan yang aku lupa namanya. Musuh terbesar juga menyebalkan karena dia suka usil terhadap aku. Contohnya waktu praktek memotong kertas menggunakan gunting, ia memberikan gunting yang tidak enak selain itu waktu aku mengadu ke guru kelas musuh TK ku pun berkelak bawha dia yang benar. Betapa aku tidak menyukai dia. Dipikiran ku hanya berfikir bahwa dia sangat tidak bisa untuk menjadi teman. Selain dia masih ada lagi perempuan yang aku tidak sukai Karen sombong. Kelas TK nol besar saat itu terkenal tas ransel yang bisa didorong atau bahasa kerennya ialah tas dorong. Perempuan sombong ini bernama Inung. Inung begitu judes dan tidak menyenangkan. Wajahnya memang cantik tapi tidak sebanding dengan sifatnya. Teman – teman lainnya juga tidak menyukai Inung jadi aku ada temanya untuk membenci Inung. Saat TK nol besar, aku diajarkan tentang pelajaran bahasa inggris. Guru bahasa inggris juga masih muda lulusan baru keluar kulia. Seorang laki – laki yang tidak jauh dari Inung yaitu menyebalkan ! guru satu ini hanya mengajarkan pelajaran yang monoton. Satu tahun belajar isinya hanya membaca bahasa inggris buah dan angka. Minggu pertama buah, minggu kedua angka, minggu ketiga buah, minggu keempat angka lagi seperti roda berputar. Waktu TK begitu menyengkan bermain pasir, ayunan, lari – larian, berteriak, makan bekal, berdoa, belajar buat gambar, belajar mewarnai, belajar praktek mewarnai menggunakan pelepah pisang dan menggambar menggunakan kuas. Masa – masa sangat santai sekali. Sampai pengambilan rapot, keluarlah nilai dan komentar guru kelas masing – masing. Terkenang sekali kelakuan ku mendapat C gara – gara aku  tidak bisa diam dalam berdoa. Ingin rasanya tertawa tapi memang benar karna doa di dalam kelas berasa doanya sangat lama dan panjang jadi jangan salahkan aku kalau doa waktu TK membosankan ?
Masa – masa TK sudah berakhir akhirnya masuk ajaran baru, seragam baru dan orang baru yaitu masa SD. Aku bersekolah di satu sekolah dengan kakakku di SD Santa Theresia Marsudirini 77 Salatiga yang terletak disebelah sekolah TK ku dulu. Kelas nya pun bersebelahan hanya dibatasi oleh tembok. Kelas satu SD aku masih memakai tas dorong karena masih bisa dipakai tas waktu TK dulu. Perjalanan SD dari kelas satu  sampai empat SD hanya sebatas biasa – biasa aja. Kegiatan hanya bersekolah, belajar dan bermain Cuma yang berbeda adalah untuk pulang sekolah aku terbiasa pulang sendiri tidak dijemput orang tua karena rumahku dekat. Cawu ke dua kelas empat SD baru lah aku melalui hidup baru. Rumah kontrakan yang berada di Jetis ternyata mengalami kenaikan harga yang sangat tinggi sedangkan orang tua ku tidak setuju. Tante ku dari Semarang memutuskan untuk membeli rumah untuk kita tinggalkan tapi letaknya cukup jauh dari Jetis. Bila berjalan kaki membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit sedangkan naik kendaraan hanya sekitar 5 menit itupun karena ada lampu merah. Di saat itu papa hanya mempunyai sepeda jadi untuk bekerja dari rumah yang baru ke pasar Jetis membutuhkan waktu 10 menit. Berpindah rumah ke yang baru, kami dibantu oleh saudara – saudara yang dari Jetis. Untuk ini masalah rumah selesai ada masalah lagi adalah bagaimana aku dan kakak ku bersekolah. Biasanya kami hanya jalan kaki karena jaraknya dekat sekarang rumah kami pindah dan menjadi jauh. Awalnya kami diantar oleh papa, tetapi lama – lama dibiasakan untuk terbiasa menggunakan kendaraan umum bernama angkot dan Izusu. Aku menaiki angkot harus turun di depan SMP Marsudirini yang letaknya bersebelahan dengan SD ku. Lalu naik izusu aku harus berjalan dari pasar sampai sekolahan jaraknya hampir sama dari rumah lama ke sekolah. Itu adalah masa transisi yang berat. Harga sekali naik angkota adalah Rp 500,00 sedangkan izusu Rp 300,00 biasanya aku memakai izusu yang jauh murah. Kelas empat SD uang saku ku saat itu adala Rp 600,00 untuk pulang pergi naik izusu dan Rp 400,00 untuk jajan. Kehidupan baruku mulai kelas empat SD berubah, di rumah baru mendapat teman baru yang sangat mengasyikan. Kenaikan kelas lima SD dilewati seperti biasa sedangkan kenaikan kelas enam SD serasa menakutkan karena aku harus ujian untuk kelulusan SD. Aku mulai sadar kenapa akhir kelas membuat teman – teman mulai berfikir akan bersekolah dimana lagi. Kelas enam SD, papa sudah membeli motor jadi aku dan kakakku diantar papa setiap pagi tapi pulang sekolah tidak. Sebelum ujian, di sekolahku ada pelajaran tambahan waktunya pagi dan siang. Pagi harus dating maksimal pukul 06.30 sedangkan siang selesai pukul 14.00 atau 15.00 sore hari. Melelahkan tiap hari harus pelajaran tambahan. Hasil dari pelajaran tambahan juga memuaskan yaitu aku lulus dengan hasil cukup puas.
SMP aku bersekolah masih dengan satu yayasan. Menurutku sekolah swasta sangat menyenagkan jadi aku masih memilih sekolah SMP Stella Matutina Salatiga. Lokasinya tidak jauh dari SD dan TK hanya dibatasi pager sekolah. Bisa dibayangkan sekolah katolik berbentuk yayasan jaraknya pasti tidak jauh juga masih satu lingkungan. Di SMP ku, teman – teman kebanyakan dari SD juga teman – teman dari SD lain. Sekolah Marsudirini mempunyai Lagu handalan bernama Mars Marsudirini itu dinyanyikan mulai aku TK sampai SMP. Lagu ini sudah hafal diluar kepala. Pertama kali masuk SMP aku duduk di bangku kelas I C. Isi anaknya tidak banyak dari SD ku dulu tetapi banyak teman baru. Aku mempunyai teman dekat bernama Tata, dia selalu duduk di sebelah aku. Pergi kemana – mana selalu berdua layaknya teman baru dan akrab tetapi aku juga mempunyai teman lebih akrab dari Tata. Teman – teman dari kelas I E juga baik – baik. Biasanya waktu istirahat aku selalu main dengan anak kelas I E tapi Tata tidak begitu suka dengan mereka jadi biasanya dia main sendiri. Sebenarnya tidak enak pada Tata cuma mau gimana lagi ? masa awal masuk SMP adalah masa terindah dan menyenangkan. Di SD dulu aku bukan termasuk anak yang pintar dan tidak pernah mendapat ranking 10 besar akan tetapi saat SMP kelas satu dapat ranking 4. Bahagianya ternyata aku ada kemajuan dalam belajar.
Tak lama kemudian aku naik kelas dua SMP. Kelas dua SMP ternyata terdapat pembagian kelas menurut kemampuan belajar masing – masing anak. Kelas 2A ditempatin oleh anak – anak yang unggulan ke dua, 2B unggulan pertama, 2C unggulan ketiga, 2D unggulan terakhir dan 2E unggulan keempat. Entah kenapa dibuat seperti itu jadi aku selalu tak bisa satu kelas dengan teman – teman ku anak I E karena mereka di 2 C dan aku di 2B. anak – anak 2B juga tidak se-menyenagkan anak 2C. nasib mungkin kalau tidak bisa bersama teman yang cocok dengan diriku. Aku harus mulai terbiasa dengan kelas baru dan anak baru lagi. Kelas dua ini ada Study tour ke Pulau Bali. Perasaan saat itu sangat menyenagkan karena bisa liburan bersama teman – teman. Lima hari di Bali bagaikan begitu cepat, aku dan teman – teman menghabiskan liburan bersama. Kali ini aku merasa bahagia karena bisa berkumpul dan bermain dengan anak – anak 2C. Walau terjadi kejadian yang tidak menyenagkan di saat di Bali yaitu cuaca yang tidak mendukung tetapi bersama teman tetap menyenagkan. Selesai liburan ke Bali dihadapkan pada ujian kenaikan kelas tiga. Perasaan waktu kelas lima SD pun terulang berasa takut karena habis ini aku akan menghadapi ujian lagi. Ujian kali ini berbeda, bedanya terletak soal yang dibuat berasal dari pemerintah dan tidak bisa diprediksi. Kalau soal SD ku dulu yang membuat adalah guru SD ku jadi bisa taulah apa yang akan dikeluarkan dalam ujian. Rasa deg – degan dan takut mulai menghantui. Kenaikan kelas tiga berasa begitu cepat serasa kemarin baru masuk sekolah sekarang sudah harus berjuang mencari sekolah lagi. Itulah namanya kehidupan berputar lebih cepat.
Kelas tiga SMP kelas masih sama, teman tidak jauh berbeda. Semester satu hanya belajar tentang kelanjutan bahan tetapi semester dua sudah difokuskan ke materi ujian. Belajar dari jam tujuh pagi sampai jam dua siang hanya pelajar itu – itu saja. Di kelas 3B tidak diberlakukan pelajaran tambahan karena sudah dianggap menguasai materi. Untuk kelas – kelas lain harus diadakan kelas tambahan. Kelas tambahan diadakan mulai jam lima sore sampai Sembilan malam. Aku yang tidak wajib mengikuti pelajaran tambahan jadi sering ikut karena ada teman – teman ku dari kelas lain yang ikut. Kelas tambahan merupakan kelas malam bagi aku. Senang di sekolah malam – malam bersama teman. Belajar bersama membantu teman yang tidak bisa juga bersenang – senang bersama. Hal paling berbeda waktu SMP dengan diadakan kelas tambahan malam. Tak terasa waktu ujian sudah dekat, semua orang mulai memnajatkan doa begitu juga aku. Hari H ujian tiba, sekolahku memulai dengan doa bersama. Ujian sekolah berasa tegang sekali tetapi setelah itu masih harus belajar untuk ujian sekolah jadi penderitaan belum berakhir.
Ujian SMP terlewati waktunya menunggu hasil, hasilnya untuk kali ini juga cukup puas. Entah mengapa aku merasa gagal dalam ujian. Sebenarnya belajar pun sama, berusaha dan berdoa juga mungkin Tuhan memang memberikan nilai segitu. Hal yang unik dalam mencari sekolah SMA yaitu aku berfikir akan bersekolah di sekolah swasta lagi tidak pernah terpikirkan untuk sekolah di negeri. Aku pun sudah mendaftar di SMA Lab School UKSW Salatiga. Sekolah Kristen bukan sekolah katolik karena sekolah Marsudirini belum ada SMA nya di Salatiga. Alasan yang lain juga karena sekolah swasta di Salatiga tidak ada yang bagus sekali hanya sekolah negeri itupun sekolah negeri satu. Banyak obsesi teman – teman SMP ingin masuk di SMA Negeri 1 Salatiga tetapi aku tidak begitu tertarik yang dipikiranku hanya masuk SMA Lab School lalu kulia di UKSW. Tetapi jalan Tuhan mengarahkan aku pada jalan lain. Sewaktu teman dekatku datang menemuiku, dia berkata kepada ku bahwa dia sendirian dan takut ikut tes negeri. Makanya aku diminta untuk menemaninya dan sebagai teman yang baik aku menemanin temanku yang bernama Susan. Tes sekolah negeri terdapat dua kali tes yaitu psikotes dan kemampuan dasar. Hari pertama psikotes lancer untuk ku tetapi tes kedua tidak. Soal dari negeri ternyata susah sekali membutuhkan logika yang banyak. Merasakan hawa yang berbeda bahwa sekolah negeri memang berkualitas. Setelah pengumuman kelulusan SMP, keluarlah pengumuman tes SMA negeri itu. Sangat aku tidak menyangka aku lulus dan Susan tidal lulus. Sedih sebenarnya melihat teman yang kecewa sedangkan aku juga merasa sedih pasti orangtuaku lebih memilih sekolah negeri daripada swasta. Kali ini Tuhan memang tidak membolehkan aku berkumpul bersama teman – teman ku lagi, kita dipisahkan beda sekolah mungkin beda kelas masih bisa ini beda sekolah. Waktu untuk kami bertemu juga akan semakin sedikit. Pertama kali masuk sekolah negeri sangat berbeda dari sekolah swasta. Antara teman, guru dan lingkungan berbeda. Sulit sekali untuk beradaptasi dengan lingkungan terutama pelajaran. Pelajaran di SMA jauh berbeda dari materi SMP ku mungkin dikarenakan SMA ini adalah SMA terbaik se-kota ku. Nilai rata – rata minimum tiap mata pelajaran adalah 7,5 tinggi sekali di SMP dulu hanya 6. Lingkungan yang berbeda sekali 180 derajat berbeda.
Aku mulai menjalani masa SMA di Negeri 1 Salatiga. Mulai merasakan perbedaannya antara lain :
-          Doa waktu upacara menggunakan doa Islam biasanya aku menggunakan doa Katolik,
-          Pelajaran agama harus ke ruang agama Katolik yang jauh letaknya di pojok kanan atas lantai 2 ruang berbeda, SMP dulu Cuma dikelas menunggu Suster datang untuk mengajar,
-          Teman yang berbeda, mungkin perasaan ku saja kalau teman negeri tidak menyenangkan daripada teman SMP ku,
-          Individualis saat pelajaran, SMP dulu teman atau bukan sama – sama bekerja sama dalam tugas maupun tes,
-          Sekolah SMP ku merupakan minoritas dibanding SMP negeri jadi teman yang senbasib dengan ku sedikit,
-          Liburan pun berbeda, di negeri libur natal lebih pendek daripada libur lebaran itu sangat tidak adil,
-          Guru di swasta baik – baik dan mengerti muridnya sedangkan di negeri gurunya banyak yang tidak enak dalam mengajar dan kalau diprotes selalu marah.
Mungkin itu perbedaan yang aku rasakan selama di sekolah negeri. Tiga tahun di sekolah itu hambar, aku selalu bermain di sekolah swasta. Teman dekat juga dari swasta. Liburan ke Pulau Bali kelas dua SMA tidak semenyenangkan waktu SMP dulu.
            Jam dinding berputar cepat begitu juga hari, tak terasa aku kembali dihadapkan dalam ujian nasional lagi. Untuk ini berbeda sekali karena aku sudah dijuruskan tidak seperti SMP yang semua maple dikuasai hanya ilmu sosial aku pelajari. Aku dari dulu memang tidak menyukai fisika oleh sebab itu aku tidak tertarik ambil IPA di SMA. Aku mau ambil IPA asal fisika dibuang tapi hal itu tidak mungkin terjadi. Aku menyukai pelajaran ekonomi dan sosiologi. Itu terdapat pada jurusan IPS alasan mengapa aku mengambil jurusan IPS. Orangtua ku jelas setuju soalnya aku memaksa kepada mereka karena hak aku untuk sekolah di SMA swasta dirampas. Menjelang kelas tiga pun sama, di sekolah ku tidak diadakan pelajaran tambahan hanya dari jam tujuh sampai jam setengah tiga belajar sesuai mata pelajaran yang diujikan. Kali ini aku merasa bosan dan jenuh dalam belajar. Sebelum ujian nasional diadakan ujian sekolah terlebih dahulu. Aku ini tipe anak yang santai tapi pasti, bermain tapi belajar. Oleh orangtua, aku di masukkan bimbingan belajar menurut pendapat aku belajar disekolah sudah penuh, pulang sekolah harus bimbingan dan pulang adalah waktu istirahat tidak digunakan untuk belajar karena kesehatan juga harus dijaga. Ujian nasional sudah tiba waktunya, aku masih bisa bersantai karena aku berfikir selama tiga tahun belajar sudah mantab soal bekal mata pelajarannya. Ujian nasional SMA berbeda dengan SMP. SMA banyak bocoran kunci jawaban sampai – sampai aku mendapat lima kunci jawaban hanya saja aku tidak memakai. Alasan mengapa tidak memakai adalah kunci jawaban lima tapi semua jawaban rata – rata berbeda, aku pusing melihat kunci jawaban dan aku percaya pada diriku sendiri juga percaya pada Tuhan bahwa Dia akan menyertaiku dalam ujian. Selesai ujian liburan SMA ternyata lama sekali sisa waktu aku pergunakan untuk bimbingan belajar menuju tes SNMPTN. Hal ini juga tidak terpikir olehku karena aku ingin kuliah di UKSW Salatiga bersama dengan teman – teman SMP ku. Kali ini jalan Tuhan membelokan aku dari keinginanku selama ini.
            Waktu di bimbingan belajar, aku merasa senang karena bisa bertemu teman – teman. Di SMA aku juga mempunyai teman dekat bernama Winda, Tya, Diah dan Yodha. Winda, Tya dan Diah tidak berada satu bimbingan dengan aku hanya Yodha saja yang sama. Mereka bertiga ingin kulia di universitas negeri untuk menyenagkan hati orangtua mereka. Universitas negeri yang mereka pilih adalah Universitas Diponegoro (UNDIP). Ceritanya mereka ingin ikut SNMPTN cuma mereka ingin aku ikut menemani. Karena aku anak baik aku menemani mereka,mulai dari daftar online sampai ujian di UNDIP nya langsung. Walau tempat kami tes berbeda hanya aku dan Diah dapat satu kelas, kami sempat berpencar – pencar. Kesan pertama UNDIP adalah jauh sekali dari tulisan UNDIP yang berada di patung kuda. Masuk kampusnya pun juga jauh sekali, aku pernah berjalan dari fakultas peternakan sampai fakultas mipa. Semarang kota yang panas sekali berbeda dengan Salatiga yang dingin dan sejuk. Kejadian SMP pun terulang lagi, saat pengumuman SNMPTN aku sedang berlibur ke Jakarta. Waktu sedang asyik berjalan – jalan, HP aku tinggal di tas dan tidak menghiraukan. Ternyata banyak sms, telfon dan bbm ke aku. Isinya hamper rata semua “gimana masuk gag UNDIP nya ?” selanjutnya aku balas dengan “gag tau belum liat paling ga lulus” ke semua orang. Winda, Tya, Diah dan Yodha tidak lulus Yodha diterima pada pilihan kedua Cuma dia tidak mengambil. Sedangkan tiga perempuan tidak lulus semua. Malam itu ada hal yang mengejutkan, aku menerima bbm dari salah satu temanku yang menulis “sic, selamat ya”. Aku sangat terkejut saat itu dan aku balas dengan “selamat apa nih, do ?” temanku bernama Ridho. Dia membalas lagi dengan kata – kata “hah ? kamu ga tau ya ?” dan isi bbm waktu itu membuat aku sangat terkejut dan ketakutan yang ada dipikiranku hanya kejadian SMP ke SMA lagi. Ternyata benar temanku Ridho mengirim bbm gambar bahwa di facebook bimbinganku terdapat namanku dengan kata “Selamat Yesica Yulian Adicondro diterima di UNIVERSITAS DIPONEGORO jurusan MANAJEMEN”. Ya Tuhan kejadian SMP keulang lagi di SMA ini, pupus sudah harapan untuk sekolah di swasta bersama teman – teman dekat. Aku hanya mengelus dada dan memikirkan orangtuaku pasti akan memilih UNDIP daripada UKSW.
            Setelah orangtua dan saudara sudah mengetahui hal tersebut, benarlah dugaanku papa mencabut namaku di UKSW dan lebih memilih aku untuk kuliah di negeri. Mungkin ini adalah jalan hidupku tidak pernah bisa lagi untuk bersekolah di swasta. Aku mulai mengiklaskan untuk sekolah di negeri lagi. Aku jalanin kehidupan kos jauh dari orangtua dan teman – teman negeri juga hari libur natal yang pendek daripada libur lebaran. Di saat aku pasrah kenapa di manajemen UNDIP aku mendapat wali dosen yang tidak menyenangkan dan asli menyebalkan. Menyebalkan lebih dari orang menyebalkan di dunia ini yang aku pernah temui. Menyebalkanya adalah saat mengambil KRS. Kenapa ya dosen satu itu berbeda dengan dosen lainnya. Dosen lainnya gampang sekali mengambil krs dengan cara di titipkan salah satu anak lalu dibagikan atau ambil sendiri di ruangan walau dosen tersebut tidak ada. Sedangakan wali dosenku ? harus belajar dahulu sebelum mengambil KRS. Pengalaman teman – temanku wali dosenku sangat menyebalkan kalau tidak bisa menjawab pertanyaan darinya Beliau akan menyuruh anak didiknya pergi ke perpus pelajari semua yang ada diperpus. Hah ! aku sudah mengalaminya, aku sudah berusaha menjawab pertanyaan mikro ekonomi dari Beliau. Mungkin aku memang tidak tahu mendetail tetapi tanggapan dosen tersebut sangat tidak mengenakan. Beliau berkata begini “salah semua, apa yang kamu ceritakan tidak menjawab pertanyaan saya kalau belum bisa menjawab dengan benar keluar dari ruangan saya dan temukan jawabanya baru bisa ambil KRS !!!” dengan suara yang keras dan wajah yang sok sibuk dan stress. Itu adalah ekspresi yang aku lihat dari wali dosenku. Tidak hanya aku teman – temanku juga mengalami seperti itu ada yang bilang tidak waras, tukang bolos kulia, sampai ada yang dibilang “kamu jangan malu – malu in saya ya”. Wali dosen ini sangat membantu melapangkan dada sesorang. Aku prihatin teman yang dikatakan seperti itu. Tetapi aku diperlakukan seperti itu sudah sakit hati, mengambil KRS ibarat mengambil Golden Tiket dalam Indonesian Idol. Susah sekali harus mengalahkan beribu orang dan kritikan pedas kalau aku dengan wali dosen ibarat mengambil KRS dengan di uji saat skripsi dan dikuliahkan secara bertubi – tubi. Setiap semester aku akan menghadapi wali dosen seperti itu mungkin kelulusan nanti selain mendapat gelar S1 manajemen, aku akan mendapatkan gelar mahasiswa tersabar dan terlapang dadanya. Andai dibolehkan ganti wali dosen, aku ingin ganti oleh seorang Dosen yang bersifat keibuan seperti wali dosen temanku. Perasaan iri membara di hatiku. Itulah kehidupan yang aku jalankan selama ini. Aku berterima kasih kepada Tuhan karena aku masih bisa untuk belajar di bangku universitas.
            Kekurangan dari aku adalah sifat pemalu. Mungkin karena lingkungan berbeda sifat pemalu ku selalu bertambah tetapi dalam hati aku ingin sifat pemalu ini hilang. Maka dari itu aku mulai membiasakan diri untuk berani, mengikis rasa malu ini sedikit demi sedikit. Aku juga menpunyai rasa peka yang minimum atau cuek. Itu mulai aku hilangkan dari sekarang, sifat cuek berasal dari aku SMA yang kaget melihat lingkungan negeri individual. Cuek itu pun keluar dari masalah tersebut.
            Kelebihanku adalah bersifat tegar dalam menghadapi sesuatu, mengiklaskan sesuatu hal dan rela berkorban. Aku rela berkorban untuk orang lain yang sayang kepadaku. Kelebihan yang aku sadar dalam hidup hanya itu. Aku mempunyai obesesi yang tinggi dalam suatu hal yang aku inginkan.  
            Cita – cita ku ada dua yaitu cita – cita dalam jangka pendek dan panjang. dalam hal ini cita – cita hampir sama dengan keinginan ku di masa depan. Dalam jangka pendek aku ingin :
-          Membuktikan pada dosen waliku bahwa aku tidak bodoh dan nilaiku tidak akan turun. Aku akan menunjukkan bahwa aku bisa menjadi terbaik dan bisa menjawab semua pertanyaan dari Beliau. Juga tidak ingin dimarah – marahi lagi atau dipuji oleh Beliau, aku hanya ingin Beliau mengakui prestasi aku.
-          Ingin rajin dalam kulia dan lulus tepat waktu dengan nilai sangat memuaskan.
Cita – cita jangka panjang ku adalah :
            Membahagiakan kedua orangtuaku. Ingin membuat orang tua bangga serta menunjukkan bahwa aku berhasil oleh didikan yang diajarkan oleh ku. Intinya aku ingin orangtuaku bahagia sesuai keinginan dari ku, tidak perlu mereka bekerja keras untuk mencari nafkah lagi nantinya aku akan menggantikan mereka menjadi orang sukses dan berhasil. Menunjukan pada Mama aku anak yang rajin beribadah, pergi ke gereja dan rajin berdoa.
            Sekian perjalan hidup dari Yesica Yulian Adicondro. Bila Tuhan menghendaki perjalan hidup ku akan terus berjalan seiring umur. Ini hanya sedikit perjalanan hidupku selama aku bernafas berumur 18 tahun. Terima kasih.
           
           
           
.

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲