PERJALANAN HIDUP
YESICA
Tangerang, 22 Juli 1993 lahirlah anak perempuan
bernama Yesica Yulian Adicondro. Anak kedua dari pasangan Handy Pangestu
Adicondro dan Melania Sumijati. Itulah aku yang biasa dipanggil oleh teman –
temanku dengan sebutan Sica, Yesica dan Jesica. Kenapa dipanggil Jesica ?
karena orang – orang semua tidak bisa membaca huruf “Y” dengan benar juga alasan lainya mungkin karena mereka
ingin terlihat sok bule. Akan tetapi
aku menerima panggilan itu karena panggilan seperti apapun maksudnya tetap
memanggil aku. Aku anak kedua dari tiga bersaudara dan semua saudara aku adalah
perempuan.
Sewaktu kecil aku tinggal di kota Tangerang tetapi
umur 2 tahun aku beserta keluarga pindah di kota kecil yang nyaman bernama
Salatiga. Mengapa kami sekeluarga pindah ? alasannya adalah saat tahun 1997
terjadi kerusuhan Tri Sakti dan terjadi krisis moneter, oleh karena itu papa
memutuskan untuk pindah ke kota Salatiga untuk menghindari tragedi tersebut.
Sesampainya di Salatiga, kami tinggal di rumah Tanteku. Papa dan mama berusaha
mencari kontrakan rumah dan pekerjaan. Tak begitu lama kita mendapatkan rumah
kontrakan baru jaraknya tidak jauh dari rumah tante pastinya. Waktu itu aku
ingat sekali, saat pindah rumah papa mama begitu sangat sibuk sedangkan aku dan
kakak ku hanya diam dikursi melihat kedepan mereka. Lucu kalau di ingat – ingat
lagi karena saat itu memang tidak bisa melakukan apapun. Tetangga mulai dating
ke rumah kami memberikan ucapan, berkenalan, dan menceritakan tentang keadaan
kampong yang kami tinggalkan. Satu masalah selesai, rumah kami dapatkan masalah
kedua adalah pekerjaan papa yang dulu bekerja di sebuah Perusahaan Swasta
sekarang harus bekerja apa di Salatiga. Di dekat kampung kami ternyata ada
pasar yang cukup terkenal juga rame pengunjung, pasar itu bernama Pasar Jetis.
Dengan modal yang dipinjamkan oleh saudara, papa mulai bekerja di pasar
tersebut membuka toko beras, gula, dan berbagai macam kebutuhan seharian
dibantu oleh mama. Jarak pasar dan rumah kami bila berjalan kaki cukup dekat maka
mama membantu papa. Terkadang aku dan kakak juga main kepasar. Masalah kedua
sudah teratasi untuk sementara waktu, muncul masalah ketiga yaitu sekolah
kakakku yang mulai masuk TK. Entah kebetulan apa tempat kami strategis disana
terdapat sekolah swasta katolik yang bagus. Kakak ku yang bernama Monica Triany
Adicondro akhirnya bersekolah di TK Sang Timur. TK katolik milik yayasan
Katolik Marsudirini. Masalah untuk tahun pindahan sudah bisa teratasi di dalam
keluargaku.
Setahun kemudian aku mulai masuk sekolah pastinya
sekolah yang dulu ditempatin kakakku sedangkan kakakku naik ke tingkat lebih
tinggi yaitu SD. Sekolah katolik yang dulu ditempatin kakak ternyata punya SD
juga jadinya kakak hanya pindah ke SD. Aku duduk di TK kelas nol kecil memakai
seragam baru dan berwarna – warni . Seragam yang aku pakai bekas kakakku jadi
aku tidak perlu membeli lagi. Hari – hari di TK ku sangat menyenangkan mendapat
teman baru, guru baru dan kehidupan baru. Sewaktu awal masuk pertama kali kami
murid – murid upacara bersama orang tua dan diberikan ucapan selamat belajar
dari Suster . Susster adalah kepala sekolah ku biasanya di sekolah katolik
Marsudirini, kepala sekolah selalu di jabat oleh Suster pilihan yang dipilih
langsung dari atasan Suster. Terkadang tiap tahun atau dua sampai tiga tahun
ada pergantiaan Suster. Balik ke topic sekarang ! awal masuk sekolah aku
melihat seorang teman TK ku yang menangis karena tidak mau ditinggal oleh
mamanya. Tahukah apa yang terjadi ? besoknya aku melakukan seperti yang
dilakukan temanku kemarin. Bodoh ya ? tapi itu adalah salah satu ke konyolan ku
waktu TK, hobi meniru. Kalau ada teman meminta tali sepatu untuk diikat oleh
guru nantinya aku akan berbuat seperti itu. Ada salah satu kejadian yang sampai
sekarang tidak terlupakan ialah melihat secara langsung dengan kedua mataku
bahwa kakak kelas laki – laki ku atau anak TK kelas nol besar kepalanya terkena
ayunan. Darah yang keluar sangat banyak bahkan seragam putih yang ia pakai
berubah warna menjadi merah. Dengan tangisan yang begitu keras semua mata
tertuju padanya dan tercengang. Suster pun sampai panik sekali melihat kejadian
tersebut sedangkan guru – guru lainnya fokus mengumpulakan anak didiknya untuk
masuk ke kelas. Selain hal yang mengerikan tadi ada hal yang sangat menyenangkan
juga yaitu Suster Kepalaku waktu itu sangat baik. Setiap aku mengucapkan
selamat pagi selalu mendapat permen atau setiap aku mengeluh sesuatu Beliau
pasti membantuku. Aku sayang dengan Suster itu, tidak terlupakan untuk selama –
lamanya.
Masuk kenaikan kelas ke Tk nol besar, aku mempunyai
musuh di TK. Seorang perempuan yang aku lupa namanya. Musuh terbesar juga
menyebalkan karena dia suka usil terhadap aku. Contohnya waktu praktek memotong
kertas menggunakan gunting, ia memberikan gunting yang tidak enak selain itu
waktu aku mengadu ke guru kelas musuh TK ku pun berkelak bawha dia yang benar.
Betapa aku tidak menyukai dia. Dipikiran ku hanya berfikir bahwa dia sangat
tidak bisa untuk menjadi teman. Selain dia masih ada lagi perempuan yang aku
tidak sukai Karen sombong. Kelas TK nol besar saat itu terkenal tas ransel yang
bisa didorong atau bahasa kerennya ialah tas dorong. Perempuan sombong ini
bernama Inung. Inung begitu judes dan tidak menyenangkan. Wajahnya memang
cantik tapi tidak sebanding dengan sifatnya. Teman – teman lainnya juga tidak
menyukai Inung jadi aku ada temanya untuk membenci Inung. Saat TK nol besar,
aku diajarkan tentang pelajaran bahasa inggris. Guru bahasa inggris juga masih
muda lulusan baru keluar kulia. Seorang laki – laki yang tidak jauh dari Inung
yaitu menyebalkan ! guru satu ini hanya mengajarkan pelajaran yang monoton.
Satu tahun belajar isinya hanya membaca bahasa inggris buah dan angka. Minggu
pertama buah, minggu kedua angka, minggu ketiga buah, minggu keempat angka lagi
seperti roda berputar. Waktu TK begitu menyengkan bermain pasir, ayunan, lari –
larian, berteriak, makan bekal, berdoa, belajar buat gambar, belajar mewarnai,
belajar praktek mewarnai menggunakan pelepah pisang dan menggambar menggunakan
kuas. Masa – masa sangat santai sekali. Sampai pengambilan rapot, keluarlah
nilai dan komentar guru kelas masing – masing. Terkenang sekali kelakuan ku
mendapat C gara – gara aku tidak bisa
diam dalam berdoa. Ingin rasanya tertawa tapi memang benar karna doa di dalam
kelas berasa doanya sangat lama dan panjang jadi jangan salahkan aku kalau doa
waktu TK membosankan ?
Masa – masa TK sudah berakhir akhirnya masuk ajaran
baru, seragam baru dan orang baru yaitu masa SD. Aku bersekolah di satu sekolah
dengan kakakku di SD Santa Theresia Marsudirini 77 Salatiga yang terletak
disebelah sekolah TK ku dulu. Kelas nya pun bersebelahan hanya dibatasi oleh
tembok. Kelas satu SD aku masih memakai tas dorong karena masih bisa dipakai
tas waktu TK dulu. Perjalanan SD dari kelas satu sampai empat SD hanya sebatas biasa – biasa
aja. Kegiatan hanya bersekolah, belajar dan bermain Cuma yang berbeda adalah
untuk pulang sekolah aku terbiasa pulang sendiri tidak dijemput orang tua
karena rumahku dekat. Cawu ke dua kelas empat SD baru lah aku melalui hidup
baru. Rumah kontrakan yang berada di Jetis ternyata mengalami kenaikan harga
yang sangat tinggi sedangkan orang tua ku tidak setuju. Tante ku dari Semarang
memutuskan untuk membeli rumah untuk kita tinggalkan tapi letaknya cukup jauh
dari Jetis. Bila berjalan kaki membutuhkan waktu kurang lebih 20 menit
sedangkan naik kendaraan hanya sekitar 5 menit itupun karena ada lampu merah. Di
saat itu papa hanya mempunyai sepeda jadi untuk bekerja dari rumah yang baru ke
pasar Jetis membutuhkan waktu 10 menit. Berpindah rumah ke yang baru, kami
dibantu oleh saudara – saudara yang dari Jetis. Untuk ini masalah rumah selesai
ada masalah lagi adalah bagaimana aku dan kakak ku bersekolah. Biasanya kami
hanya jalan kaki karena jaraknya dekat sekarang rumah kami pindah dan menjadi
jauh. Awalnya kami diantar oleh papa, tetapi lama – lama dibiasakan untuk
terbiasa menggunakan kendaraan umum bernama angkot dan Izusu. Aku menaiki
angkot harus turun di depan SMP Marsudirini yang letaknya bersebelahan dengan
SD ku. Lalu naik izusu aku harus berjalan dari pasar sampai sekolahan jaraknya
hampir sama dari rumah lama ke sekolah. Itu adalah masa transisi yang berat.
Harga sekali naik angkota adalah Rp 500,00 sedangkan izusu Rp 300,00 biasanya
aku memakai izusu yang jauh murah. Kelas empat SD uang saku ku saat itu adala
Rp 600,00 untuk pulang pergi naik izusu dan Rp 400,00 untuk jajan. Kehidupan
baruku mulai kelas empat SD berubah, di rumah baru mendapat teman baru yang
sangat mengasyikan. Kenaikan kelas lima SD dilewati seperti biasa sedangkan
kenaikan kelas enam SD serasa menakutkan karena aku harus ujian untuk kelulusan
SD. Aku mulai sadar kenapa akhir kelas membuat teman – teman mulai berfikir
akan bersekolah dimana lagi. Kelas enam SD, papa sudah membeli motor jadi aku
dan kakakku diantar papa setiap pagi tapi pulang sekolah tidak. Sebelum ujian,
di sekolahku ada pelajaran tambahan waktunya pagi dan siang. Pagi harus dating
maksimal pukul 06.30 sedangkan siang selesai pukul 14.00 atau 15.00 sore hari. Melelahkan
tiap hari harus pelajaran tambahan. Hasil dari pelajaran tambahan juga
memuaskan yaitu aku lulus dengan hasil cukup puas.
SMP aku bersekolah masih dengan satu yayasan.
Menurutku sekolah swasta sangat menyenagkan jadi aku masih memilih sekolah SMP
Stella Matutina Salatiga. Lokasinya tidak jauh dari SD dan TK hanya dibatasi
pager sekolah. Bisa dibayangkan sekolah katolik berbentuk yayasan jaraknya
pasti tidak jauh juga masih satu lingkungan. Di SMP ku, teman – teman
kebanyakan dari SD juga teman – teman dari SD lain. Sekolah Marsudirini
mempunyai Lagu handalan bernama Mars Marsudirini itu dinyanyikan mulai aku TK
sampai SMP. Lagu ini sudah hafal diluar kepala. Pertama kali masuk SMP aku
duduk di bangku kelas I C. Isi anaknya tidak banyak dari SD ku dulu tetapi
banyak teman baru. Aku mempunyai teman dekat bernama Tata, dia selalu duduk di
sebelah aku. Pergi kemana – mana selalu berdua layaknya teman baru dan akrab
tetapi aku juga mempunyai teman lebih akrab dari Tata. Teman – teman dari kelas
I E juga baik – baik. Biasanya waktu istirahat aku selalu main dengan anak
kelas I E tapi Tata tidak begitu suka dengan mereka jadi biasanya dia main
sendiri. Sebenarnya tidak enak pada Tata cuma mau gimana lagi ? masa awal masuk
SMP adalah masa terindah dan menyenangkan. Di SD dulu aku bukan termasuk anak
yang pintar dan tidak pernah mendapat ranking 10 besar akan tetapi saat SMP
kelas satu dapat ranking 4. Bahagianya ternyata aku ada kemajuan dalam belajar.
Tak lama kemudian aku naik kelas dua SMP. Kelas dua
SMP ternyata terdapat pembagian kelas menurut kemampuan belajar masing – masing
anak. Kelas 2A ditempatin oleh anak – anak yang unggulan ke dua, 2B unggulan
pertama, 2C unggulan ketiga, 2D unggulan terakhir dan 2E unggulan keempat.
Entah kenapa dibuat seperti itu jadi aku selalu tak bisa satu kelas dengan
teman – teman ku anak I E karena mereka di 2 C dan aku di 2B. anak – anak 2B
juga tidak se-menyenagkan anak 2C. nasib mungkin kalau tidak bisa bersama teman
yang cocok dengan diriku. Aku harus mulai terbiasa dengan kelas baru dan anak baru
lagi. Kelas dua ini ada Study tour ke
Pulau Bali. Perasaan saat itu sangat menyenagkan karena bisa liburan bersama
teman – teman. Lima hari di Bali bagaikan begitu cepat, aku dan teman – teman
menghabiskan liburan bersama. Kali ini aku merasa bahagia karena bisa berkumpul
dan bermain dengan anak – anak 2C. Walau terjadi kejadian yang tidak
menyenagkan di saat di Bali yaitu cuaca yang tidak mendukung tetapi bersama
teman tetap menyenagkan. Selesai liburan ke Bali dihadapkan pada ujian kenaikan
kelas tiga. Perasaan waktu kelas lima SD pun terulang berasa takut karena habis
ini aku akan menghadapi ujian lagi. Ujian kali ini berbeda, bedanya terletak
soal yang dibuat berasal dari pemerintah dan tidak bisa diprediksi. Kalau soal
SD ku dulu yang membuat adalah guru SD ku jadi bisa taulah apa yang akan
dikeluarkan dalam ujian. Rasa deg – degan dan takut mulai menghantui. Kenaikan
kelas tiga berasa begitu cepat serasa kemarin baru masuk sekolah sekarang sudah
harus berjuang mencari sekolah lagi. Itulah namanya kehidupan berputar lebih
cepat.
Kelas tiga SMP kelas masih sama, teman tidak jauh
berbeda. Semester satu hanya belajar tentang kelanjutan bahan tetapi semester
dua sudah difokuskan ke materi ujian. Belajar dari jam tujuh pagi sampai jam
dua siang hanya pelajar itu – itu saja. Di kelas 3B tidak diberlakukan
pelajaran tambahan karena sudah dianggap menguasai materi. Untuk kelas – kelas
lain harus diadakan kelas tambahan. Kelas tambahan diadakan mulai jam lima sore
sampai Sembilan malam. Aku yang tidak wajib mengikuti pelajaran tambahan jadi
sering ikut karena ada teman – teman ku dari kelas lain yang ikut. Kelas
tambahan merupakan kelas malam bagi aku. Senang di sekolah malam – malam
bersama teman. Belajar bersama membantu teman yang tidak bisa juga bersenang –
senang bersama. Hal paling berbeda waktu SMP dengan diadakan kelas tambahan
malam. Tak terasa waktu ujian sudah dekat, semua orang mulai memnajatkan doa
begitu juga aku. Hari H ujian tiba, sekolahku memulai dengan doa bersama. Ujian
sekolah berasa tegang sekali tetapi setelah itu masih harus belajar untuk ujian
sekolah jadi penderitaan belum berakhir.
Ujian SMP terlewati waktunya menunggu hasil,
hasilnya untuk kali ini juga cukup puas. Entah mengapa aku merasa gagal dalam
ujian. Sebenarnya belajar pun sama, berusaha dan berdoa juga mungkin Tuhan
memang memberikan nilai segitu. Hal yang unik dalam mencari sekolah SMA yaitu
aku berfikir akan bersekolah di sekolah swasta lagi tidak pernah terpikirkan
untuk sekolah di negeri. Aku pun sudah mendaftar di SMA Lab School UKSW
Salatiga. Sekolah Kristen bukan sekolah katolik karena sekolah Marsudirini
belum ada SMA nya di Salatiga. Alasan yang lain juga karena sekolah swasta di
Salatiga tidak ada yang bagus sekali hanya sekolah negeri itupun sekolah negeri
satu. Banyak obsesi teman – teman SMP ingin masuk di SMA Negeri 1 Salatiga
tetapi aku tidak begitu tertarik yang dipikiranku hanya masuk SMA Lab School
lalu kulia di UKSW. Tetapi jalan Tuhan mengarahkan aku pada jalan lain. Sewaktu
teman dekatku datang menemuiku, dia berkata kepada ku bahwa dia sendirian dan
takut ikut tes negeri. Makanya aku diminta untuk menemaninya dan sebagai teman
yang baik aku menemanin temanku yang bernama Susan. Tes sekolah negeri terdapat
dua kali tes yaitu psikotes dan kemampuan dasar. Hari pertama psikotes lancer
untuk ku tetapi tes kedua tidak. Soal dari negeri ternyata susah sekali
membutuhkan logika yang banyak. Merasakan hawa yang berbeda bahwa sekolah
negeri memang berkualitas. Setelah pengumuman kelulusan SMP, keluarlah
pengumuman tes SMA negeri itu. Sangat aku tidak menyangka aku lulus dan Susan
tidal lulus. Sedih sebenarnya melihat teman yang kecewa sedangkan aku juga
merasa sedih pasti orangtuaku lebih memilih sekolah negeri daripada swasta.
Kali ini Tuhan memang tidak membolehkan aku berkumpul bersama teman – teman ku
lagi, kita dipisahkan beda sekolah mungkin beda kelas masih bisa ini beda
sekolah. Waktu untuk kami bertemu juga akan semakin sedikit. Pertama kali masuk
sekolah negeri sangat berbeda dari sekolah swasta. Antara teman, guru dan
lingkungan berbeda. Sulit sekali untuk beradaptasi dengan lingkungan terutama
pelajaran. Pelajaran di SMA jauh berbeda dari materi SMP ku mungkin dikarenakan
SMA ini adalah SMA terbaik se-kota ku. Nilai rata – rata minimum tiap mata
pelajaran adalah 7,5 tinggi sekali di SMP dulu hanya 6. Lingkungan yang berbeda
sekali 180 derajat berbeda.
Aku mulai menjalani masa SMA di Negeri 1 Salatiga.
Mulai merasakan perbedaannya antara lain :
-
Doa waktu upacara
menggunakan doa Islam biasanya aku menggunakan doa Katolik,
-
Pelajaran agama harus
ke ruang agama Katolik yang jauh letaknya di pojok kanan atas lantai 2 ruang
berbeda, SMP dulu Cuma dikelas menunggu Suster datang untuk mengajar,
-
Teman yang berbeda,
mungkin perasaan ku saja kalau teman negeri tidak menyenangkan daripada teman
SMP ku,
-
Individualis saat
pelajaran, SMP dulu teman atau bukan sama – sama bekerja sama dalam tugas
maupun tes,
-
Sekolah SMP ku
merupakan minoritas dibanding SMP negeri jadi teman yang senbasib dengan ku
sedikit,
-
Liburan pun berbeda, di
negeri libur natal lebih pendek daripada libur lebaran itu sangat tidak adil,
-
Guru di swasta baik –
baik dan mengerti muridnya sedangkan di negeri gurunya banyak yang tidak enak
dalam mengajar dan kalau diprotes selalu marah.
Mungkin
itu perbedaan yang aku rasakan selama di sekolah negeri. Tiga tahun di sekolah
itu hambar, aku selalu bermain di sekolah swasta. Teman dekat juga dari swasta.
Liburan ke Pulau Bali kelas dua SMA tidak semenyenangkan waktu SMP dulu.
Jam
dinding berputar cepat begitu juga hari, tak terasa aku kembali dihadapkan
dalam ujian nasional lagi. Untuk ini berbeda sekali karena aku sudah dijuruskan
tidak seperti SMP yang semua maple dikuasai hanya ilmu sosial aku pelajari. Aku
dari dulu memang tidak menyukai fisika oleh sebab itu aku tidak tertarik ambil
IPA di SMA. Aku mau ambil IPA asal fisika dibuang tapi hal itu tidak mungkin
terjadi. Aku menyukai pelajaran ekonomi dan sosiologi. Itu terdapat pada
jurusan IPS alasan mengapa aku mengambil jurusan IPS. Orangtua ku jelas setuju
soalnya aku memaksa kepada mereka karena hak aku untuk sekolah di SMA swasta
dirampas. Menjelang kelas tiga pun sama, di sekolah ku tidak diadakan pelajaran
tambahan hanya dari jam tujuh sampai jam setengah tiga belajar sesuai mata
pelajaran yang diujikan. Kali ini aku merasa bosan dan jenuh dalam belajar.
Sebelum ujian nasional diadakan ujian sekolah terlebih dahulu. Aku ini tipe
anak yang santai tapi pasti, bermain tapi belajar. Oleh orangtua, aku di
masukkan bimbingan belajar menurut pendapat aku belajar disekolah sudah penuh,
pulang sekolah harus bimbingan dan pulang adalah waktu istirahat tidak
digunakan untuk belajar karena kesehatan juga harus dijaga. Ujian nasional
sudah tiba waktunya, aku masih bisa bersantai karena aku berfikir selama tiga
tahun belajar sudah mantab soal bekal mata pelajarannya. Ujian nasional SMA
berbeda dengan SMP. SMA banyak bocoran kunci jawaban sampai – sampai aku
mendapat lima kunci jawaban hanya saja aku tidak memakai. Alasan mengapa tidak
memakai adalah kunci jawaban lima tapi semua jawaban rata – rata berbeda, aku
pusing melihat kunci jawaban dan aku percaya pada diriku sendiri juga percaya
pada Tuhan bahwa Dia akan menyertaiku dalam ujian. Selesai ujian liburan SMA
ternyata lama sekali sisa waktu aku pergunakan untuk bimbingan belajar menuju
tes SNMPTN. Hal ini juga tidak terpikir olehku karena aku ingin kuliah di UKSW
Salatiga bersama dengan teman – teman SMP ku. Kali ini jalan Tuhan membelokan
aku dari keinginanku selama ini.
Waktu di bimbingan belajar, aku
merasa senang karena bisa bertemu teman – teman. Di SMA aku juga mempunyai
teman dekat bernama Winda, Tya, Diah dan Yodha. Winda, Tya dan Diah tidak
berada satu bimbingan dengan aku hanya Yodha saja yang sama. Mereka bertiga
ingin kulia di universitas negeri untuk menyenagkan hati orangtua mereka.
Universitas negeri yang mereka pilih adalah Universitas Diponegoro (UNDIP).
Ceritanya mereka ingin ikut SNMPTN cuma mereka ingin aku ikut menemani. Karena
aku anak baik aku menemani mereka,mulai dari daftar online sampai ujian di UNDIP
nya langsung. Walau tempat kami tes berbeda hanya aku dan Diah dapat satu
kelas, kami sempat berpencar – pencar. Kesan pertama UNDIP adalah jauh sekali
dari tulisan UNDIP yang berada di patung kuda. Masuk kampusnya pun juga jauh
sekali, aku pernah berjalan dari fakultas peternakan sampai fakultas mipa.
Semarang kota yang panas sekali berbeda dengan Salatiga yang dingin dan sejuk. Kejadian
SMP pun terulang lagi, saat pengumuman SNMPTN aku sedang berlibur ke Jakarta.
Waktu sedang asyik berjalan – jalan, HP aku tinggal di tas dan tidak
menghiraukan. Ternyata banyak sms, telfon dan bbm ke aku. Isinya hamper rata
semua “gimana masuk gag UNDIP nya ?” selanjutnya aku balas dengan “gag tau
belum liat paling ga lulus” ke semua orang. Winda, Tya, Diah dan Yodha tidak
lulus Yodha diterima pada pilihan kedua Cuma dia tidak mengambil. Sedangkan
tiga perempuan tidak lulus semua. Malam itu ada hal yang mengejutkan, aku
menerima bbm dari salah satu temanku yang menulis “sic, selamat ya”. Aku sangat
terkejut saat itu dan aku balas dengan “selamat apa nih, do ?” temanku bernama
Ridho. Dia membalas lagi dengan kata – kata “hah ? kamu ga tau ya ?” dan isi
bbm waktu itu membuat aku sangat terkejut dan ketakutan yang ada dipikiranku
hanya kejadian SMP ke SMA lagi. Ternyata benar temanku Ridho mengirim bbm
gambar bahwa di facebook bimbinganku terdapat namanku dengan kata “Selamat
Yesica Yulian Adicondro diterima di UNIVERSITAS DIPONEGORO jurusan MANAJEMEN”.
Ya Tuhan kejadian SMP keulang lagi di SMA ini, pupus sudah harapan untuk sekolah
di swasta bersama teman – teman dekat. Aku hanya mengelus dada dan memikirkan
orangtuaku pasti akan memilih UNDIP daripada UKSW.
Setelah orangtua dan saudara sudah
mengetahui hal tersebut, benarlah dugaanku papa mencabut namaku di UKSW dan
lebih memilih aku untuk kuliah di negeri. Mungkin ini adalah jalan hidupku
tidak pernah bisa lagi untuk bersekolah di swasta. Aku mulai mengiklaskan untuk
sekolah di negeri lagi. Aku jalanin kehidupan kos jauh dari orangtua dan teman
– teman negeri juga hari libur natal yang pendek daripada libur lebaran. Di
saat aku pasrah kenapa di manajemen UNDIP aku mendapat wali dosen yang tidak
menyenangkan dan asli menyebalkan. Menyebalkan lebih dari orang menyebalkan di
dunia ini yang aku pernah temui. Menyebalkanya adalah saat mengambil KRS.
Kenapa ya dosen satu itu berbeda dengan dosen lainnya. Dosen lainnya gampang
sekali mengambil krs dengan cara di titipkan salah satu anak lalu dibagikan
atau ambil sendiri di ruangan walau dosen tersebut tidak ada. Sedangakan wali dosenku
? harus belajar dahulu sebelum mengambil KRS. Pengalaman teman – temanku wali
dosenku sangat menyebalkan kalau tidak bisa menjawab pertanyaan darinya Beliau
akan menyuruh anak didiknya pergi ke perpus pelajari semua yang ada diperpus.
Hah ! aku sudah mengalaminya, aku sudah berusaha menjawab pertanyaan mikro
ekonomi dari Beliau. Mungkin aku memang tidak tahu mendetail tetapi tanggapan
dosen tersebut sangat tidak mengenakan. Beliau berkata begini “salah semua, apa
yang kamu ceritakan tidak menjawab pertanyaan saya kalau belum bisa menjawab
dengan benar keluar dari ruangan saya dan temukan jawabanya baru bisa ambil KRS
!!!” dengan suara yang keras dan wajah yang sok sibuk dan stress. Itu adalah
ekspresi yang aku lihat dari wali dosenku. Tidak hanya aku teman – temanku juga
mengalami seperti itu ada yang bilang tidak waras, tukang bolos kulia, sampai
ada yang dibilang “kamu jangan malu – malu in saya ya”. Wali dosen ini sangat
membantu melapangkan dada sesorang. Aku prihatin teman yang dikatakan seperti itu.
Tetapi aku diperlakukan seperti itu sudah sakit hati, mengambil KRS ibarat
mengambil Golden Tiket dalam Indonesian Idol. Susah sekali harus mengalahkan
beribu orang dan kritikan pedas kalau aku dengan wali dosen ibarat mengambil
KRS dengan di uji saat skripsi dan dikuliahkan secara bertubi – tubi. Setiap
semester aku akan menghadapi wali dosen seperti itu mungkin kelulusan nanti
selain mendapat gelar S1 manajemen, aku akan mendapatkan gelar mahasiswa
tersabar dan terlapang dadanya. Andai dibolehkan ganti wali dosen, aku ingin
ganti oleh seorang Dosen yang bersifat keibuan seperti wali dosen temanku.
Perasaan iri membara di hatiku. Itulah kehidupan yang aku jalankan selama ini.
Aku berterima kasih kepada Tuhan karena aku masih bisa untuk belajar di bangku
universitas.
Kekurangan dari aku adalah sifat
pemalu. Mungkin karena lingkungan berbeda sifat pemalu ku selalu bertambah
tetapi dalam hati aku ingin sifat pemalu ini hilang. Maka dari itu aku mulai
membiasakan diri untuk berani, mengikis rasa malu ini sedikit demi sedikit. Aku
juga menpunyai rasa peka yang minimum atau cuek. Itu mulai aku hilangkan dari
sekarang, sifat cuek berasal dari aku SMA yang kaget melihat lingkungan negeri
individual. Cuek itu pun keluar dari masalah tersebut.
Kelebihanku adalah bersifat tegar
dalam menghadapi sesuatu, mengiklaskan sesuatu hal dan rela berkorban. Aku rela
berkorban untuk orang lain yang sayang kepadaku. Kelebihan yang aku sadar dalam
hidup hanya itu. Aku mempunyai obesesi yang tinggi dalam suatu hal yang aku
inginkan.
Cita – cita ku ada dua yaitu cita –
cita dalam jangka pendek dan panjang. dalam hal ini cita – cita hampir sama
dengan keinginan ku di masa depan. Dalam jangka pendek aku ingin :
-
Membuktikan pada dosen
waliku bahwa aku tidak bodoh dan nilaiku tidak akan turun. Aku akan menunjukkan
bahwa aku bisa menjadi terbaik dan bisa menjawab semua pertanyaan dari Beliau.
Juga tidak ingin dimarah – marahi lagi atau dipuji oleh Beliau, aku hanya ingin
Beliau mengakui prestasi aku.
-
Ingin rajin dalam kulia
dan lulus tepat waktu dengan nilai sangat memuaskan.
Cita
– cita jangka panjang ku adalah :
Membahagiakan kedua orangtuaku.
Ingin membuat orang tua bangga serta menunjukkan bahwa aku berhasil oleh
didikan yang diajarkan oleh ku. Intinya aku ingin orangtuaku bahagia sesuai
keinginan dari ku, tidak perlu mereka bekerja keras untuk mencari nafkah lagi
nantinya aku akan menggantikan mereka menjadi orang sukses dan berhasil.
Menunjukan pada Mama aku anak yang rajin beribadah, pergi ke gereja dan rajin
berdoa.
Sekian perjalan hidup dari Yesica
Yulian Adicondro. Bila Tuhan menghendaki perjalan hidup ku akan terus berjalan
seiring umur. Ini hanya sedikit perjalanan hidupku selama aku bernafas berumur
18 tahun. Terima kasih.
.
0 komentar:
Posting Komentar