JOB EVALUATION
Job
evaluation adalah proses menganalisis dan menilai suatu jabatan secara
sistematik untuk mengetahui nilai relatif bobot berbagai jabatan dalam suatu
organisasi. Hasil akhir dari proses job evaluation adalah job weight (bobot
jabatan/pekerjaan).
Tujuan Job Evaluation :
1. Memperjelas dalam penentuan hubungan internal
antar jabatan
2. Perencanaan sumber daya manusia
3. Seleksi karyawan
4. Pelatihan dan pengembangan SDM
5. Menghasilkan konsistensi sistem kompensasi
internal dan eksternal dan pedoman remunerasi yang adil dan tepat
6. Dasar yang adil untuk promosi, mutai dan demosi
7. Peninjauan dan restrukturisasi organisasi
Faktor
utama dalam melakukan job evaluation adalah menentukan "factor compansable", dimana
berdasarkan penentuan faktor compansable tersebut dapat dilakukan penilaian
secara relatif satu jabatan/pekerjaan dengan jabatan/pekerjaan yang lain).
Dengan mengetahui bobot jabatan/pekerjaan maka dengan mudah pihak manajemen
akan mempunyai tolok ukur baku untuk menetapkan imbal jasa atas suatu
jabatan/pekerjaan yang secara relatif lebih tinggi dibandingkan pekerjaan yang
lainnya.
Jika job evaluation telah selesai dilaksanakan
untuk semua jabatan/pekerjaan maka jabatan-jabatan tesebut diurutkan mulai yang
tertinggi sampai yang terendah (job grading).
Secara
garis besar metode dalam melakukan job evaluation dapat diklasifikasikan
menjadi 2 bagian yaitu metode kualitatif (untuk organisasi berukuran kecil dan
simple) dan metode kuantitatif (untuk organisasi berukuran besar dan komplek).
Setiap metode memiliki kelebihan dan kelemahan sehingga perusahaan dapat
memilih metode yang sesuai dengan kondisinya.
1.
Metode
Kualitatif
1)
Berdasar
Stuktur Organisasi/Hirarki
Teknik
yang paling sederhana untuk menetapkan Job Grading atas dasar value dari
masing-masing job adalah dengan berdasarkan Hirarki atau Stuktur Organisasi
dalam perusahaan. Sebagai contoh adalah apabila Presiden Direktur merupakan
jabatan yang paling tiinggi dalam perusahaan, maka Jabatan Pres Dir digunakan
sebagai peringkat tertinggi.
Asumsi
dalam penentuan bobot atau nilai jabatan dengan metode ini adalah posisi sebuah
jabatan dalam struktur organisasi secara otomatis menentukan nilai (value) dari
sebuah jabatan.
2) Metode Forced Ranking
Metode
Forced Ranking dikenal juga dengan metode konsensus karena grade atau peringkat
jabatan dalam organisasi dibuat berdasarkan konsesus.
Langkah langkah dalam membuat metode ini adalah sebagai berikut :
Langkah langkah dalam membuat metode ini adalah sebagai berikut :
a)
Manajemen membuat team kecil
yang diketuai top mamajemen dengan anggota para senior manager dan difasilitasi
oleh Manager SDM;
b)
Bagian SDM akan menyiapkan
daftar jabatan yang berisi seluruh jenis jabatan yang ada dalam organisasi,
ditambah dengan keterangan singkat tentang aktifitas utama dari setiap jabatan
atau juga dapat ditambahkan keterangan tentang jumlah pemegang jabatan; Daftar
jabatan tersebut bersifat acak, artinya urutan dalam daftar tidak menunjukan
grade atau peringkat jabatan;
c)
Team kecil yang sudah dibuat
menyepakati berapa jumlah grade atau peringkat jabatan dalam organisasi;
d)
Team kecil berunding untuk
menentukan jabatan-jabatan mana saja yang masuk dalam setiap grade atau
peringkat jabatan yang sudah ditentukan sebelumnya;
3) Metode Job Clasification
Metode Job
Clasification merupakan perbaikan dari metode metode Konsesus. Disebut
perbaikkan atau lebih baik karena dalam metode Job Clasification sudah
diberikan paparan pada jabatan (kriteria) yang akan diperingkatkan.
Prosedur-nya secara singkat sebagai berikut :
a)
Dibentuk team kecil
sebagaimana metode forced ranking;
b)
Bagian SDM akan memberikan
daftar jabatan. Dalam daftar jabatan tersebut dilengkapi paparan yang berifat
narasi pada setiap jabatan yang berisi diantaranya tentang tugas-tugas jabatan,
tingkat kesulitan, maupun kualifikasi dari pemegang jabatan;
c)
Team akan membuat
peringkat/grade jabatan;
d)
Team akan memasukkan
jabatan-jabatan dalam daftar jabatan pada setiap peringkat/grade yang sesuai.
4) Factor Comparison
Langkah langkah-nya sebagai berikut :
a)
Sebagaimana metode
terdahulu, tetap dibuat team penentu grading;
b)
Ditentukan faktor-faktor
yang akan menjadi penentu nilai/value dari semua jabatan. Contoh
faktor-faktor tersebut misalnya : Resiko Pekrjaan, Pendidikan, Pengalaman,
Tanggung Jawab.
c)
Tentukan Jumlah Kelas
Jabatan (Job Grade). Disusun
peringkat untuk setiap faktor, misal dari 1 (terendah) sampai 9 (tertinggi)
d)
Team memberikan Nilai pada
setiap jabatan untuk setiap faktor yang sudah ditentukan.
e)
Kemudian pada setiap jabatan
dijumlahkan angka yang diperoleh dari semua faktor
f)
Masukan Jabatan-jabatan
tersebut pada masing-masing kelas/grade sesuai dengan jumlah angka/point yang
diperoleh.
2.
Metode
Kuantitatif
Metode yang digunakan dalam Job Evaluation berikut
merupakan Metode Analitis atau Kuantitatif, yang sering disebut dengan Point
Ratings/Factors Assesment, dan untuk selanjutnya akan saya sebut dengan Point
System (PS).
Metode PS sering digunakan oleh perusahaan perusahaan yang
relatif maju management-nya karena mengakomodir kebutuhan objectivitas
dalam penyusunan kebijakan yang terkait dengan compensation atau remuneration
policy. Dikatakan mengakomodir kebutuhan, karena system ini mampu memberikan
value/nilai pada setiap jabatan/pekerjaan dalam organisasi dengan lebih
obyektif, sesuai dengan beban setiap pekerjaan masing-masing, sehingga
mengurangi perdebatan dalam penyusunan kebijakan tentang compensation.
Metode Point System ini berkembang pesat bahkan
beberapa lembaga konsultan internasional seperti Hay, Mercer, Bipers, CRG telah
mem-patentkan metode yang mereka kembangkan masing-masing dari Point
System ini.
Berikut ini akan saya paparkan beberapa langkah dalam
mengimplementasikan metode Point System ini, dengan harapan akan memudahkan
dalam mempelajari dan mengimplementasikan berbagai metode job evaluation yang
berasal dari pengembangan Point System :
1) Membentuk Team Penilai Jabatan
Team iini
dibentuk oleh dewan direksi dan melaporkan hasil kerjanya pada dewan direksi. Sebaiknya dalam pemilihan anggota team, jumlahnya
dibuat ganjil, agar apabila tidak ada kata sepakat dalam perundingan, maka
dapat diputuskan lewat voting. Seluruh anggota team harus diberikan pemahaman
tentang Job Evaluation, termasuk salah satu tugas pokok-nya adalah dalam hal
memilih compensable factors.
2) Pemilihan Compensable Factors
Langkah
kedua ini sangat penting, yaitu memilih dan menyetujui Compensable Factors. Compensable Factors (CF'’s) adalah faktor
faktor yang nantinya akan mempengaruhi pemberian kompensasi. Mengapa bisa
begitu, karena dari faktor faktor yang dipilih tersebut, maka value/nilai
setiap jabatan akan didapatkan dan nantinya akan diperbandingkan dengan
jabatan-jabatan yang lain dalam organisasi. Beberapa CF's yang sering digunakan
diantaranya adalah :
a) Pengetahuan dan Ketrampilan yang dipersyaratkan;
b) Accountabilities, baik bersifat financial,
material, jenis jabatan yang menjadi subordinate, dll.
c) Tingkat Kompleksitas Pekerjaan;
d) Beban Fisik yang di-emban;
e) Bahaya yang dihadapi pada lingkungan kerja.
3) Membuat Definisi dari Setiap Faktor yang dipilih
Definisi
dari setiap CF's harus dibuat dengan bahasa yang sederhana dan mudah
dipahami sehingga meminimalisasi kesalah pahaman dari para anggota team.
Definisi yang sudah dibuat dan disetujui menjadi acuan bagi seluruh
anggota team.
4) Menyusun Tingkatan atau Level pada
Setiap CF's serta memberikan Definisi dan Point pada Tiap Level
a) Langkah selanjutnya adalah membuat tingkatan atau level
pada setiap faktor sekaligus memberikan definisi serta point atau skor pada
setiap levelnya. Contoh
sederhananya adalah sebagai berikut :
Faktor : TINGKAT PENDIDIKAN FORMALPendidikan Formal SLTA, mampu menggunakan nalar serta melakukan perhitungan matematika serta memecahkan masalah secara sederhana (10 point)
Faktor : TINGKAT PENDIDIKAN FORMALPendidikan Formal SLTA, mampu menggunakan nalar serta melakukan perhitungan matematika serta memecahkan masalah secara sederhana (10 point)
b) Diploma 3, mampu menemukan masalah secara tekhnis dengan
baik, mampu secara mandiri menyelesaikan permasalahan tekhnis, dan mampu
bekerja dalam team untuk menganalisis permasalahan serta ikut serta dalam
penyelesaian masalah (point 20)
c) Pendidikan Formal Strata 1, mampu memecahkan masalah dengan
lebih kompleks, mampu menguasai emosi dengan baik serta mampu membuat keputusan
untuk hal-hal yang sudah ditentukan dan memahami SOP dengan baik (35 point)
d) Pendidikan Formal Strata 2, mampu menganalisis sebab-sebab
timbulnya masalah serta mampu membuat action plan untuk menyelesaikan
masalah, mampu membuat kebijakan sesuai dengan peran yang dikendaki serta
mampu menyusun sebuah standard kerja secara mandiri (point 50)
e) Setelah itu, akan diberikan bobot pada masing-masing
faktor. Bobot masing-masing faktor akan berbeda berdasarkan derajat kepentingan
(degree of significance) dari setiap faktor bagi setiap jabatan dalam
organisasi. Total bobot harus-lah 100%.
5) Melaksanakan Analisis Jabatan
Analisis
Jabatan dilakukan dengan lebih terarah atau fokus karena jelas tujuan
serta Compensable Factors apa saja yang sudah dipilih dan disetujui untuk
dilakukan analisis.
6) Pelaksanaan Evaluasi Jabatan
Seteleh
semua informasi diperoleh, yaitu berupa kumpulan Job Desc dari setiap
Jabatan serta berbagai informasi tentang kondisi nyata setiap faktor dalam
setiap jabatan. Setelah itu, akan dilakukan evaluasi jabatan oleh semua anggota
team dan diberikan nilai/point/skor pada setiap jabatan.
7)
Penyusunan
Job Grading dari hasil Penilaian Jabatan
Setelah didapat skor pada setiap jabatan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pengelompokan atau grading pada setiap jabatan.
Hal yang penting dalam langkah ini adalah menentukan berapa jumlah grade atau kelas, biasanya disebut dengan Job Grade atau Job Class. Penentuannya bisa memakai jumlah grade yang lama atau menyusun/menentukan jumlah grade yang baru. Dalam setiap Grade, maka jabatan jabatan yang mempunyai point (range point) yang sama akan mempunyai grade (golongan) yang sama pula.
Setelah didapat skor pada setiap jabatan, maka langkah selanjutnya adalah membuat pengelompokan atau grading pada setiap jabatan.
Hal yang penting dalam langkah ini adalah menentukan berapa jumlah grade atau kelas, biasanya disebut dengan Job Grade atau Job Class. Penentuannya bisa memakai jumlah grade yang lama atau menyusun/menentukan jumlah grade yang baru. Dalam setiap Grade, maka jabatan jabatan yang mempunyai point (range point) yang sama akan mempunyai grade (golongan) yang sama pula.
BAB II
KOMPENSASI
Salah satu fenomena yang muncul dewasa ini adalah adanya kebijakan
pemberian kompensasi yang cenderung masih belum sepenuhnya sesuai dengan
harapan pegawai sedangkan kompensasi itu sendiri adalah merupakan salah satu
faktor untuk mendorong pegawai/ dosen agar memiliki kinerja yang tinggi. Kompensasi
merupakan salah satu fungsi yang penting dalam Manajemen Sumber Daya Manusia
Dan berikut ini beberapa pengertian kompensasi menurut para ahli :
Luthans (1992:147), mengatakan: “Incentives, at the end of the motivation cycle is the incentives defined
as anything that will alleviate a need and reduce a drive, thus attaining an
incective will tend to restore physiological and psychological balaance and
will reduce or cut off the drive. Eating food, drinking water, and obtainig
friends willtend to resotore the balance and reduce the corresponding drivers,
food, water, and friens are the incentives in these exemples” yang berarti: “kompensasi, pada akhir
daur motivasi didefinisikan sebagai segala sesuatu yang akan meringankan
kebutuhan dan mengurangi gerakan, dengan demikian pencapaian kompensasi akan
menuju kepada perbaikan keseimbangan fisiologis dan psikologis dan akan
mengurangi atau menghilangkan gerakan. Memakan makanan, meminum air, dan
memperoleh teman akan menuju kepada perbaikan keseimbangan dan mengurangi penyesuaian
gerakan, makan, air, dan teman adalah kompensasi dari contoh-contoh diatas”
Menurut Jones: “Bases pay on production ( i.e., printers delwered or revenue targets
achieved) healt insurance and social security” :
1. Pokok yang harus dibayarkan pada suatu produksi para pegawai atau untuk
target pendapatan.
2. Pemasukan untuk Federal dan negara seperti asuransi kesehatan dan keamanan
sosial.
Davis dan Newston (1994:135-134) mengemukakan bahwa kompensasi mengingatkan
antara prestasi individu, kelompok atau organisasi yaitu dapat meliputi: upah
potongan, komisi, bonus, bagi laba dan bagi produksi.
Siagian (1999:265) mengemukakan bahwa sistem kompensasi digolongkan
kedalam: (1) Sistem kompensasi pada tingkat individu (Peacework, bonus, komisi,
kurva kematangan, dan kompensasi bagi para eksekutif), (2) Sistem kompensasi
pada kelompok (kompensasi produksi, bagian keuntungan, dan pengurangan biaya).
Selanjutnya Robin (1996:246) mengemukakan kompensasi yang mengandung pengertian
yang sama dengan upah variabel yaitu suatu bagian dari upah seseorang karyawan
yang didasarkan pada suatu ukuran kinerja individual atau organisasi. Upah
variabel tersebut terdiri dari upah berdasarkan potongan, bonus, berbagai laba
dan berbagai hasil.
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut, dapat kita
tarik kesimpulan bahwa kompensasi adalah seluruh imbalan yang diterima karyawan
atas hasil kerja karyawan tersebut pada organisasi. Kompensasi bisa berupa
fisik maupun non fisik dan harus dihitung dan diberikan kepada karyawan sesuai
dengan pengorbanan yang telah diberikannya kepada organisasi / perusahaan
tempat ia bekerja.
Perlu diketahui bahwa ada enam sistem kompensasi yang meliputi: (1) Upah potongan (piecework), (2) Komisi,
(3) Bonus, (4) Kurva Kematangan (5) Bagian laba, (6) Bagi produksi.
1. Upah potongan (pacework), yaitu pemberian kompensasi
berdasarkan jumlah hasil pekerjaan pegawai yang dinyatakan dalam unit produksi.
Dasar penghitungan ialah bahwa makin banyak unit produksi yang dihasilkan,
makin tinggi pula kompensasi yang diterimanya. Sistem ini tidak dapat
diterapkan pada pegawai bagian administrasi, atau pada pekerjaan yang telah
ditentukan.
2. Komisi yaitu imbalan yang diberikan kepada pegawai
disamping memperoleh gaji pokok, juga diberikan kompensasi karena
keberhasilannya melaksanakan tugas, atau pegawai yang memperoleh penghasilannya
semata-mata berupa komisi.
3. Bonus, yaitu imbalan yang diberikan kepada pegawai
yang mampu bekerja sedemikian rupa sehingga tingkat produktivitas yang berlaku
terlampui. Bonus dibayar secara eksklusif kepada para eksekutif atau kepada
semua pegawai. Ada tiga cara pemberian bonus yaitu: Pertama, berdasarkan jumlah
unit produksi yang dihasilkan dalam kurun waktu tertentu, jika jumlah
produksinya melebihi jumlah yang telah ditetapkan, pegawai menerima bonus atas
kelebihan jumlah yang dihasilkan. Kedua, apabila terjadi penghematan waktu, yaitu
jika pegawai dapat menyelesaikan tugas dalam waktu yang lebih singkat dari
waktu yang seharusnya, dengan alasan bahwa dengan menghemat waktu, lebih banyak
pekerjaan yang harus diselesaikan dan ketiga, berdasarkan perhitungan
progresif, yaitu jika pegawai makin lama makin mampu memproduksikan barang
dalam jumlah yang semakin besar, makin besar pula bonus yang diterimanya untuk
setiap kelebihan produksi yang dihasilkannya.
4. Kurva kematangan (maturity curve), yaitu bagi
organisasi yang mengerjakan tenaga teknikal dan profesional ilmiah. Apabila ada
tenaga kerja profesional yang karena masa kerja dan golongan pangkat serta gaji
tidak bisa mencapai pangkat dan penghasilan yang lebih tinggi lagi, dibuat
suatu kurva prestasi kerja. Jika kurva tersebut menunjukan bahwa prestasi kerja
mereka lebih besar dari prestasi kerja normal diberikan kompensasi tertentu.
Dengan demikian meskipun golongan pangkat dan gaji yang sudah maksimal,
penghasilan riilnya masih dapat ditingkatkan.
5. Bagi laba atau keuntungan, yaitu kompensasi yang
diberikan berdasarkan sesuatu rumus yang telah ditetapkan yang dirancang
berdasarkan profitabilitas atau keuntungan suatu perusahaan atau organisaasi.
6. Bagi produksi, yaitu kompensasi yang diberikan kepada
produktivitas kelompok, jika produktivitas kelompok mampu melampaui target
produksi normal maka diberikan bonus.
Dalam menyusun sistem tersebut, ada beberapa faktor yang
perlu diperhatikan, sebagaimana dikemukakan Siagian (1999: 265-267) yaitu
sebagai berikut :
1. Tingkat upah dan gaji yang berlaku diberbagai
organisasi yang ada dalam satu wilayah tertentu. Walaupun demikian juga harus
dipertimbangkan langka tidaknya tenaga kerja yang memiliki pengetahuan dan
keterampilan tertentu yang dibutuhkan oleh organisasi.
2. Tuntutan serikat kerja, yaitu sangat memungkinkan
serikat pekerja berperan dalam mengajukan tuntutan tingkat gaji/ upah yang
lebih tinggi dari tingkat yang berlaku disebabkan oleh berbagai faktor
kebutuhan pekerja untuk meningkatkan tarap hidup dan kesejahteraan anggotanya. Peranan
dan tuntutan serikat kerja perlu diperhitungkan, karena apabila tidak, para
pekerja memungkinkan akan melancarkan berbagai kegiatan yang dapat merugikan
organisasi dan pegawai itu sendiri.
3. Produktivitas, yaitu apabila para pegawai merasa tidak
memperoleh kompensasi yang wajar, sangat mungkin pegawai tidak akan bekerja
keras, sehingga produktivitasnya rendah dan dapat menimbulkan kerugian bagi
organisasi.
4. Kebijakan organisasi mengenai
upah dan gaji, yaitu yang tercermin pada jumlah uang yang dibawa pulang oleh
pegawai tersebut. Berarti bukan hanya gaji pokok yang penting, akan tetapi
berbagai komponen lain dari kebijakan organisasi, seperti tunjangan jabatan,
tunjangan istri, tunjangan anak, tunjangan transportasi, bantuan pengobatan,
bonus, tunjangan kemahalan dan sebagainya.
5. Peraturan perundang-undangan yang berlaku dalam suatu
daerah atau negara, misalnya tingkat upah minimum, upah lembur, mempekerjakan
wanita, mempekerjakan anak dibawah umur, keselamatan kerja, hak cuti, jumlah
jam kerja dalam seminggu, hak berserikat dan sebagainya.
Semua sistem kompensasi yang baik tidak bisa dilihat dari
satu sudut kepentingan organisasi sebagai pemakai tenaga kerja saja atau
kepentingan pegawai saja, tetapi kepentingan dari berbagai pihak yang turut terlibat
baik langsung maupun tidak langsung. Sedangkan sistem kompensasi merupakan
salah satu alat untuk memotivasi para karyawan untuk mewujudkan tujuan
organisasi yang telah ditetapkan itu. Kompensasi umumnya diberikan sebagai
imbalan atas perilaku kerja individual, tetapi dapat pula diberikan kepada
kelompok. Sistem kompensasi menghubungkan antara kompensasi dan unjuk kerja
bukan senioritas ataupun jumlah jam kerja.
Menurut Robbin (1997) menyatakan bahwa program kompensasi
yang efektif harus memenuhi persyaratan sebagai berikut:
1. Sederhana : aturan-aturan dalam sistem kompensasi
harus ringkas, jelas dan mudah difahami.
2. Spesifik : jangan hanya mengatakan
“hasil lebih banyak” atau “hentikan kecelakaan”. Para pegawai perlu mengetahui
secara tepat tentang apa yang harus mereka kerjakan.
3. Terjangkau : setiap pegawai harus mempunyai peluang
yang wajar untuk memperoleh kompensasi.
4. Terukur : sasaran-sasaran yang terukur adalah dasar
untuk membangun rencana-rencana atau program kompensasi. Program kompensasi
akan menjadi tidak ada manfaatnya bila hasil/prestasi kerja spesifik tidak
dapat dikaitkan dengan rupiah yang dikeluarkan.
Perusahaan dalam memberikan kompensasi kepada para
pekerja terlebih dahulu melakukan penghitungan kinerja dengan membuat sistem
penilaian kinerja yang adil. Sistem tersebut umumnya berisi kriteria penilaian
setiap pegawai yang ada misalnya mulai dari jumlah pekerjaan yang bisa
diselesaikan, kecepatan kerja, komunikasi dengan pekerja lain, perilaku,
pengetahuan atas pekerjaan, dan lain sebainya.
Para karyawan mungkin akan menghitung-hitung kinerja dan
pengorbanan dirinya dengan kompensasi yang diterima. Apabila karyawan merasa
tidak puas dengan kompensasi yang didapat, maka dia dapat mencoba mencari
pekerjaan lain yang memberi kompensasi lebih baik. Hal itu cukup berbahaya bagi
perusahaan apabila pesaing merekrut / membajak karyawan yang merasa tidak puas
tersebut karena dapat membocorkan rahasia perusahaan / organisasi.
Kompensasi yang baik akan memberi beberapa efek positif
pada organisasi / perusahaan sebagai berikut di bawah ini :
a.
Mendapatkan karyawan
berkualitas baik
b.
Memacu pekerja untuk
bekerja lebih giat dan meraih prestasi gemilang
c.
Memikat pelamar
kerja berkualitas dari lowongan kerja yang ada
d.
Mudah dalam
pelaksanaan dalam administrasi maupun aspek hukumnya
e.
Memiliki keunggulan
lebih dari pesaing/kompetitor
Macam-Macam / Jenis-Jenis Kompensasi Yang Diberikan Pada
Karyawan :
1. Imbalan Ektrinsik
a)
Imbalan ektrinsik
yang berbentuk uang antara lain misalnya : gaji, upah, honor, bonus,
komisi, dan insentif.
b)
Imbalan ektrinsik
yang bentuknya sebagai benefit / tunjangan pelengkap contohnya seperti : uang
cuti, uang makan, uang transportasi
/ antar jemput, asuransi, jamsostek
/ jaminan sosial tenaga kerja, uang pensiun, rekreasi, dan beasiswa
melanjutkan kuliah.
2. Imbalan Intrinsik
Imbalan dalam bentuk intrinsik yang tidak berbentuk fisik
dan hanya dapat dirasakan berupa kelangsungan pekerjaan, jenjang karir yang
jelas, kondisi lingkungan kerja, pekerjaan yang menarik, dan lain-lain.
BAB III
INSENTIF
Pembayaran
variabel adalah suatu rencana yang menghubungkan pembayaran dengan
produktivitas atau keuntungan, biasanya sebagai pembayaran satu kali dengan
jumlah yang cukup besar. Secara
tradisional, semua rencana insentif adalah rencana pembayaran kinerja. Perusahaan membayar semua karyawan berdasarkan
pada kinerja karyawan.
1. Insentif
Bagi Perorangan Dan Program-Program Penghargaan
a. Rencana PieceWork
Piecework adalah sistem
pembayaran berdasarkan pada jumlah benda yang diproses oleh setiap pekerja
perorangan dalam ukuran unit waktu. Seperti jumlah benda per jam atau jumlah
benda per hari.
1) Piecework
Langsung
Sebuah rencana dimana
seseorang dibayarkan jumlah tertentu atas setiap benda yang dibuat atau dijualnya, dengan perbandingan ketat
antara hasil dan imbalan.
2) Rencana
Jam Standar
Sebuah rencana dimana
seorang bekerja dibayar dengan taraf dasar per jam, tetapi dibayar presentase
tambahan tertentu dari taraf dasarnya untuk produksi yang melebihi standar per
jam atau per hari. Serupa dengan pembayaran piecework, tetapi didasarkan pada
premi persen.
b. Pembayaran
Tunjangan Sebagai Insentif
Pembayaran tunjangan
(kenaikan tunjangan) adalah suatu kenaikan gaji yang diberikan kepada seorang
karyawan berdasarkan paa kinerjanya sendiri. Ini berbeda dari bonus, dimana
biasanya hal ini menjadi bagian dari gaji pokok karyawan, sedangkan bonus
adalah pembayarn satu kali.
c.
Insentif Bagi Karyawan Profesional
Karyawan profesional
adalah mereka yang pekerjaannya melibatkan penerapan pengetahuan yang telah
dipelajari untuk solusi bagi permasalahan pengusaha. Contohnya : pengacara, dokter, ahli ekonomi,
dan insinyur.
d.
Penghargaan Berdasarkan Pengakuan
Pengakuan berdmpaak
positif pada kinerja, baik hanya pemberian penghargaan maupun dihubungkan
dengan penghargaan finansial.
e.
Program Penghargaan Online
Situs online dapat
menawarkan kisaran produk yang jauh lebih luas daripada yang dapat dibuat
katalog dan ditawarkan oleh sebagian besar pengusaha itu sendiri. Kelebihannya
adalah proses dapat berjalan dengan lancar sehingga jauh lebih mudah untuk
memberikan dan mengirim penghargaan. Namun, terdapat kekurangan yaitu mahal untuk
diberikan.
f.
Teknologi Informasi dan Insentif
Teknologi informasi
sangat mempunyai peran penting karena semakin banyak karyawan yang saat ini
menerima insentif. Sehingga, jangkauan perilaku karyawan yang dapat menerima
insentif semakin luas.
2. Insentif
Bagi Para Karyawan Bagian Penjualan
Rencana kompensasi
karyawan penjualan biasanya sangat bergantung pada insentif (komisi penjualan).
Namun, beberapa karyawan bagian penjualan mendapatkan gaji langsung, dan
sebagian besar menerima kombinasi dari gaji dan komisi.
a. Rencana
Gaji
Beberapa perusahaan
membayarkan sebagian dari karyawan mereka di bagian penjualan dengan gaji
tetap.
b. Rencana
Komisi
Rencana komisi membayar
gaji karyawan hanya berdasarkan hasil. Dengan rencana seperti ini, karyawan
penjualan memiliki insentif terbesar, dan terdapat kecenderungan untuk menarik
karyawan penjualan yang memiliki kinerja tinggi. Namun, terdapat kekurangan
yaitu karyawaan penjualan cenderung untuk fokus pada melakukan penjualan dengan
volume tinggi. Sehingga mengabaikan kewajiban ‘bukan menjual’ seperti melayani
pelanggan dengan setia dan mengejar barang yang sulit dijual.
c. Rencana
Kombinasi
Sebagian besar
perusahaan membayar karyawan penjualan dengan kombinasi gaji dan komisi,
biasanya dengan komponen gaji yang cukup besar. Pembagian gaji/komisi yaitu 80%
gaji pokok dan insentif 20%.
d. Menetapkan
Kuota Penjualan
Ada beberapa
pertimbangan saat menetapkan kuota penjualan. Salah satunya adalah menetapkan
kuota yang pasti untuk satu periode waktu tertentu.
e. Insentif
Penjualan Strategik
Pengusaha makin
menghubungkan komisi dengan ukuran berbasis ‘bukan volume’ yaitu komisi
berdasarkan pada keberhasilan mereka dalam membantu pelanggan memenuhi
kebutuhannya.
3. Rencana
Insentif Pembayaran Variabel Kelompok/Tim
a. Bagaimana
Menyusun Insentif Tim
Rencana insentif tim
atau kelompok merupakan sebuah rencana di mana sebuah standar produksi
ditetapkan bagi sebuah kelompok kerja khusus, dan para anggotanya dibayarkan
insentif jika kelompok melebihi standar produksi.
b. Pro
dan Kontra Insentif Tim
Banyak pekerjaan saat
ini yang diatur dalam tim-tim. Sehingga perusahaan memberikan penghargaan
kelompok untuk mengurangi kecemburuan, untuk membuat anggota kelompok saling
berhutang budi, dan untuk mendorong kerja sama.
Kerugian utamanya
adalah bahwa pembayaran seorang pekerja mungkin tidak sebanding dengan upayanya
sendiri, yang dapat mengurangi pekerja keras. Para pekerja yang berbagi
pembayaran tim tetapi tidak sungguh-sungguh berusaha bisa menjadi sebuah
masalah.
4. Rencana
Pembayaran Variabel Seluruh Organisasi
Rencana pembayaran
variabel ini meliputi
:
a. Rencana
pembagian keuntungan
Merupakan sebuah
rencana di mana karyawan memiliki bagian keuntungan perusahaan. Terdapat
beberapa jenis rencana pembagian keuntungan, yaitu:
1)
Rencana tunai
Perusahaan hanya membagikan
sebuah presentase keuntungan (biasanya 15% hingga 20%) sebagai pembagian
keuntungan kepada karyawan secara teratur.
2)
Sistem insentif Lincoln
Karyawan bekerja atas
dasar piecework terjamin (dibayar sesuai hasil), dan perusahaan membagikan
total keuntungan tahunan (dikurangi pajak, 6% dividen kepada pemegang saham,
dan cadangan untuk investasi) setiap tahun anatar karyawan berdasarkan pada
peringkat tunjangan mereka.
b. Rencana pembagian keuntungan tertunda
Perusahaan menyiapkan
sebuah bagian keuntungan yang telah ditentukan sebelumnya dalam rekening setiap
karyawan di bawah pegawasan perwalian.
1)
Rencana Kepemilikan saham Karyawan (ESOP
atau RKSK)
Rencana kepemilikan
saham karyawan (employee stock ownership
plans) adalah sebuah perusahaan mengontribusikan bagian dari sahamnya
sendiri kepada sebuah perwalian dimana kontribusi tambahan dilakukan secara
tahunan. Perwalian itu membagikan saham kepada karyawan saat pensiun atau
pemisahan lain dari jasa.
2)
Rencana Scanlon dan Rencana Pembagian
Keuntungan Lainnya
Rencana Scanlon adalah
sebuah rencana insentif yang dikembangkan tahun 1937 oleh Joseph Scanlon dan
ditujukan untuk mendorong kerjasama, keterlibatan dan pembagian tunjangan.
Rencana Scanlon memiliki fitur dasar, yaitu:
a)
Filosofi kerjasama, mengasumsikan bahwa
para manajer dan para pekerja harus menghilangkan sikap “kami” dan “mereka”
yang biasanya merintangi karyawan dalam mengembangkan rasa kepemilikan dalam
perusahaan.
b)
Identitas, berarti bahwa untuk
memfokuskan keterlibatan karyawan, perusahaan, harus menyampaikan misi atau
tujuannya dengan jelas dan karyawan harus memahami bagaimana bisnis beroperasi
dalam hal pelangga, harga, dan biaya.
c)
Kompetensi, mengenali bahwa rencana
Scanlon menuntut level kompetensi yang tinggi dari karyawan pada semua level.
d)
Sistem keterlibatan, yaitu karyawan
memberikan usulan perbaikan kepada komite level departemen yang tepat, yang
mengirimkan usulan yang berharga kepada komite level eksekutif.
e)
Berbagi rumus tunjangan, bahwa karyawan
harus secara lagsung berbagi keuntungan tambahan yang dihasilkan dari usulan
pemotongan biaya mereka.
5. Insentif
Bagi Para Manajer dan Eksekutif
Para manajer memainkan
sebuah peran sentral dalam memengaruhi keuntungan per devisi dan perushaan, dan
karenanya kebanyakan perusahaan amat memikirkan bagaimana memberikan mereka
penghargaan.
a. Insentif
Jangka Pendek: Bonus Tahunan
Bonus tahunan adalah
rencana untuk memberi motivasi kinerja jangka pendek dari para manajer dan
dikaitkan dengan keuntungan perusahaan. Terdapat 3 masalah dasar yang harus
dipertimbangkan saat memberikan penghargaan berupa insentif jangka pendek,
yaitu:
1) Memenuhi
syarat, sebagian besar perusahaan memilih sifat memenuhi syarat luas,meliputi
manajer level puncak dan yang lebih rendah, serta memutuskan siapa yang
memenuhi syarat dalam salah satu dari dua cara.
2) Besarnnya
dana, perusahaan juga harus memutuskan total jumlah uang bonus yang tersedia.
Sebagian meggunakan rumus tidak dikurangi,
yaitu menggunakan persentase langsung (biasanya dari pendapatan bersih
perusahaan) untuk membuat dana insentif jangka pendek. Lainnya menggunakan rumus bisa dikurangi.
3) Penghargaan
perorangan,biasanya sebuah bonus target (dan juga jumlah maksimum, barangkali
dua kali lipat bonus target) ditetapkan bagi setiap posisi yang memenuhi
syarat, dan penghargaan aktual mencerminkan kinerja seseorang.
b. Insentif
jangka panjang
Pengusaha menggunakan
insentif jangka panjang untuk memasukkaan perspektif ke dalam keputusan para
eksekutif mereka.
a) Opsi
saham, adalah hak untuk membeli sejumlah tertentu bagian dari saham perusahaan
dengan melaksanakan opsi mereka untuk membeli bagian tersebut di masa mendatang
tetapi pada harga saat ini.
b) Rencana
opsi saham berbeda
c) Rencana
lain; Hak apresiasi saham mengizinkan
penerimanya untuk melaksanakan opsi saham, rencana
pencapaian kinerja memberikan penghargaan bagian saham untuk pencapaian
atau keberhasilan dari target keuangan yang telah ditentukan, rencana saham terbatasperusahaan
memberikan penghargaan saham tanpa biaya kepada eksekutif.
d) Rencana
Kinerja adalah rencana yang pembayaran atau nilainya tergantung atas kinerja
keuangan yang diukur terhadap tujuan yang ditetapkan pada awal periode beberapa
tahun.
c. Insentif Lainnya Bagi Para Eksekutif
Sebagai contoh, parasut emas, adalah pembayaran perusahaan yang
berkaitan dengan perubahan kepemilikan atau kendali dala perusahaan.
0 komentar:
Posting Komentar