KEUNTUNGAN SEBAGAI TUJUAN PERUSAHAAN

| Kamis, 04 April 2013

Perdagangan memiliki arti yang luas hingga meliputi kegiatan ekonomis seperti barter. Sedangkan bisnis merupakan perdagangan yang bertujuan khusus memperoleh keuntungan finansial.   Robert Solomon menekankan bahwa keuntungan atau profit merupakan buah hasil suatu transaksi moneter. Profit berkaitan dengan kegiatan ekonomis, dimana kedua pihak menggunakan uang. Profit diperoleh tidak kebetulan tapi berkat uapaya khusus dari orang yang mempergunakan uang. Karena hubungan dengan transaksi uang itu, perolehan profit secara khusus berlangsung dalam konteks kapitalisme. Dan keterikatan dengan keuntungan itu merupakan suatu alasan khusus mengapa bisnis selalu ekstra rawan dari sudut pandang etika.
’Tidak semua kegiatan usaha menguntungkan’, merupakan salah satu contoh penjelasan tentang keuntungan sebagaimana dibahas dalam beberapa poin dibawah ini:
§  Tidak bisa dikatakan bahwa setiap kegiatan bisnis menghasilkan keuntungan
§  Keuntungan atau profit baru muncul dalam kegiatan ekonomi yang memakai sistem keuangan
§  Dalam penukaran barang dengan barang (barter) tidak diperoleh profit, walaupun kegiatan itu bisa menguntungkan kedua belah pihak. Profit diperoleh tidak secara kebetulan, tetapi berkat upaya khusus dari orang yang mempergunakan uang.
§  Uang diperoleh berdasarkan kupon undian atau karena main judi tidak bisa dikatakan profit, berbeda dengan uang yang dihasilkan dengan perdagangan saham.
§  Profit berkonotasi ganjaran bagi upaya yang berhasil, tetapi tidak berarti seluruhnya tergantung pada kepiawaian si pebisnis, untuk sebagian orang perolehan profit tergantung juga pada faktor mujur atau sial. Karena hubungan dengan transasksi uang, perolehan profit secara khusus berlangsung dalam konteks kapitalisme.
§  Menurun pandangan ini, kapitalis meliputi 3 unsur pokok: lembaga milik pribadi, praktek pencarian keuntungan, dan kompetisi dalam sistem ekonomi pasar bebas.
§  Keuntungan hanya dapat diperoleh dengan menggunakan modal yang menjadi milik pribadi, dan perolehan keuntungan hanya dimungkinkan dalam rangka pasar bebas.
§  Akumulasi modal merupakan inti kapitalis, dengan meningkatnya keuntungan bobot modal akan bertambah besar, kemudian dapat diinvestasikan dalam usaha produktif, sehingga menghasilkan kekayaan yang lebih besar lagi, dst..

1. Maksimalisasi Keuntungan Sebagai Cita-cita Kapitalisme Liberal
Jika maksimalisasi keuntungan menjadi satu-satunya tujuan perusahaan, maka dengan sendirinya timbul keadaan tidak etis. Memperalat karyawan, berarti tidak menghormati mereka sebagai manusia dan tidak menghormati martabat manusia. Karena semua dikerahkan dan dimanfaatkan demi tercapainya tujuan, termasuk karyawan yang bekerja dalam perusahaan tersebut. Hal diatas sesuai dengan statement dari Immanuel Kant, seorang filsafat Jerman pada abad ke-18, prinsip etis yang paling mendasar dapat dirumuskan: ” Hendaklah meperlakukan manusia selalu juga sebagai tujuan pada dirinya, dan tidak pernah sebagai sarana belaka”.
Nasib buruh anak merupakan prototipe dari penderitaan kaum buruh pada permulaan industrialisasi. Tetapi gerakan sosialisme berhasil memperbaiki nasib kaum buruh. Yang dalam hal ini menjadi sarana ampuh adalah serikat buruh: dengan bersatu kaum buruh bisa menuntut haknya.

2. Masalah Pekerja Anak
Yang dimaksud masalah disini adalah pekerjaan yang dilakukan oleh anak di bawah umur demi pembayaran uang yang digunakan untuk membantu keluarganya. Tidak bisa diragukan, pekerjaan yang dilakukan oleh anak (child labor) merupakan ttopik dengan banyak implikasi etis. Dari sudut pandang etika, pekerjaan anak ini ditolak karena, pertama, bahwa pekerjaan itu melanggar hak para anak. Kedua, bahwa mempekerjakan anak merupakan cara berbisnis yang tidak fair. Sebab, dengan cara itu pebisnis berusaha menekan biaya produksi dan dengan demikian melibatkan diri dalam kompetisi kurang fair terhadap rekan-rekan pebisnis yang tidak mau menggunakan tenaga anak, karena menganggap hal itu sebagai cara berproduksi yang tidak etis.
Namun tidak semua pekerjaan yang mempekerjakan anak dibawah umur dianggap tidak etis. contoh yang mempunyai tradisi yang sudah lama dan tersebar luas dapat ditemukan dalam sektor pertanian dan peternakan. Dimana-mana didaerah pertanian anak-anak diikutsertakan pada perkerjaan dalam masa panen, terutama bila mekanisme pertanian belum begitu maju. Dalam konteks peternakan tradisional, anak-anak sering diluar waktu sekolah membantu orangtuanya menjalankan tugas-tugas rutin seperti memeras sapi atau memberi pakan kepada ternak. Kasus-kasus seoerti itu pada umumnya belum menimbulkan masalah-masalah etis. Pekerjaan anak baru menjadi sutu masalah etis yang serius dalam zaman indusrtrialisasi.
Dalam convention on the rights of child yang diterima dalam sidang PBB pada 1989 diserahkan kepada masing-masing negara anggota untuk “menetapkan usia minimum atau usia-usia minimum memasuki lapangan kerja” (pasal 32,2-a). Organisasi Ketenagakerjaan Internasional (ILO) menganjurkan negara-negara anggota untuk ILO untuk meningktakan usia minimum, yaitu 18 tahun untuk pekerjaan berbahaya dan 16 tahun untuk pekerjaan yang ringan. Sementara Indonesia menyerahkan usia minimum bekerja kepada ILO pada 1999 yaitu pada usia 15 tahun, yang sebelumnya adalah pada usia 14 tahun.
Betapa pun banyaknya upaya menetapkan batas usia minimum pekerja, namun dalam sebuah laporan ILO pada tahun 1996, diestimasikan bahwa di negara-negara berkembang masih ada 250 juta anak dibawah umur 14 tahun yang bekerja. Diantaranya 120 juta anak bekerja purna waktu, sedangkan 130 juta anak bekerja penggal waktu. Anak-anak yang bekerja itu umunya memiliki 9 jam waktu bekerja selaa enam atau malah 7 hari seminggu. Dihitung secara absolut paling banyak anak bekerja di Asia, tetapi secara proporsional paling banyak di afrika, yaitu 40% dari semua anak disana. India dianggap sebagai negara dimana keadaannya paling jelek, yaitu sekitar 100 juta anak dibawah umur 14 disitu bekerja secara ilegal dalam pabrik atau tempat lain, sering kali penuh dengan resiko.
3. Relativasi Keuntungan
Bisnis menjadi tidak etis, kalau perolehan untung dimutlakkan dan segi moral dikesampingkan. Seandainya keuntungan menjadi hal mutlak dalam berbisnis, perdagangan heroin, kokain, marijuana atau obata terlarang lainnya harus dianggap sebagai good business, karena sempat membawa untung sangat banyak. Namun hal tersebut tidak sesuai dan tidak etis (tidak good secara moral) maka hal ini menjadi dilarang, karena maksud bisnis adalah menjediakan produk atau jasa yang bermanfaat untuk masyarakat. Keuntungan tidak merupakan maksud bisnis, tetapi merupakan motivasi untuk mengadakan bisnis.
Manajemen modern sering disifatkan sebagai management by objective. Manajemen yang ingin berhasil harus menentukan dengan jelas tujuan yang dicapai. Dan dalam manajemen ekonomi, salah satu unsur yang penting adalah cost – benefit analisys. Untuk mencapai sukses, hasil dari suatu bisnis harus melebihi biaya yang dikeluarkan. Usaha ekonomis baru bisa dianggap berhasil apabila dapat memungkinkan laba. Semua hal tersebut dapat diterima, asalkan tetapat atas pertimbangan etis.
Beberapa cara lain untuk melukiskan revalitas keuntungan dalam bisnis dalah sebagai berikut:
·         Keuntungan merupakan tolok ukur untuk menilai kesehatan suatu perusahaan atau efisiensi suatu perusahaan,
·         Keuntungan adalah suatu pertanda bahwa produk atau jasanya dihargai oleh masyarakat,
·         Keuntungan adalah cambuk utnuk meningkatkan usaha,
·         Keuntungan adalah syarat kelangsungan perusahaan,
·         Keuntungan mengimbangi resiko dalam usaha.

4. Keuntungan Merupakan Efek Samping dari Bisnis
Menurut Norman Bowie, bahwa kebahagiaan merupakan efek samping dari kerja; seorang suami hidup dan bekerja demi isteri dan anaknya, dia memperoleh gaji, yang akan digunakan untuk memenuhi kebutuhan hidup bersama isteri dan anaknya, dia bahagia. Demikian pula dengan keuntungan, apabila suatu bisnis berjalan dengan baik, sesuai rencana, serta memperhatikan hal-hal etis dalam menjalankannya keuntungan adalah timbal balik atau efek dari kegiatan tersebut.
5. Manfaat Keuntungan bagi Perusahaan
Beberapa manfaat keuntungan bagi sebuah perusahaan dijelaskan dalam poin-poi berikut ini :
§  Merupakan tolok ukur untuk menilai kesehatan perusahaan atau efisiensi manajamen dalam perusahaan
§  Merupakan pertanda bahwa produk atau jasanya dihargai masyarakat
§  Merupakan cambuk untuk meningkatkan usaha
§  Merupakan syarat kelangsungan hidup perusahaan
§  Mengimbangi resiko dalam usaha
6. Manfaat Keuntungan bagi Stakeholder
Selain manfaat bagi perusahaan, keuntungan tentu saja memberikan manfaat sendiri bagi Stakeholder, antara lain sebagai berikut:
§  Pelanggan : memperoleh produk yang aman dan berkualitas, memperoleh pelayanan yang memuaskan
§  Pemasok : menerima pembayaran tepat waktu, memperoleh order secara teratur
§  Pemodal : pemegang saham memperoleh deviden, kreditur menerima bunga dan pengembalian pokok pinjaman sesuai dengan yang sudah ditetapkan
§  Karyawan : memperoleh gaji yang wajar dan kepastian kelangsungan pekerjaan
§  Pemerintah : mengharapkan pertumbuhan ekonomi dan mengatasi pengangguran, memperoleh pajak
§  Masyarakat : peran serta perusahaan dalam program kesejahteraan
§  Media massa : menginformasi semua kegiatan perusahaan yang berkaitan dengan isu etika, nilai-nilai, kesehatan, keamanan dan kesejahteraan
§  Aktivis Lingkungan : kepedulian terhadap lingkungan hidup, HAM




 
                                              

0 komentar:

Posting Komentar

Next Prev
▲Top▲